Kota
pertama dalam tujuan perjalanan kali ini adalah Kota Sawahlunto, salah satu kota
yang berada di Provinsi Sumatera Barat. Anehnya cuaca disana terik panas
matahari sangat terasa, tapi udara yang berhembus dingin. Ala-ala pantai yang
bisa buat tenang sejuk juga meng-hitamkan kulit.
Kota
ini dahulu pada masa penjajahan belanda terkenal dengan kota tambang. Karena tempat
ini ladang tambang batubara pada waktu itu. Sehingga banyak sekali
peninggalan-peninggalan tambang yang dijadikan tempat wisata dan cagar budaya. Kota
ini berdiri tahun 1888, banyak peninggalan bangunan-bangunan tua peninggalan
belanda yang membuat kota ini menjadi wisata etnik terbaik di Indonesia. Wisata
cagar budaya yang dirawat oleh pemerintah setempat menjadikan kota ini sebagai
tempat pariwisata sehingga dijuluki dengan “Kota Wisata Tambang yang Berbudaya”.
Wisata
pertama yang tidak boleh terlewatkan di kota ini adalah Museum Gudang Rasum dan
Museum Kereta Api Sawahlunto.
Museum Gudang Rasum (Goedang
Ransoem)
Gudang
rasum adalah dapur umum yang digunakan sebagai tempat produksi makanan yang
diperuntukkan para pekerja paksa (Kerja Rodi). Gudang ini bertempat di di Jalan
Abdul Rahman Hakim, Kelurahan Air Dingin, Kecamatan Lembah Segar, Kota
Sawahlunto, Sumatera Barat.
Gudang
ini dibangun pada tahun 1918 sewaktu penjajahan Belanda. Dapur ini dilengkapi
dengan dua buah gudang besar dan steam generator (tungku pembakaran) untuk
memasak kurang lebih 3.900 kg beras setiap harinya untuk para pekerja tambang
batu bara.
Cukup
dalam waktu 30 menit, kita bisa mengelili keseluruhan museum ini. Pict di atas
hanya sebagian saja, bisa dikatakan museum ini lumayan luas dan kompleks.
Di
museum ini tidak hanya terdapat dapur tempat memasak. Terdapat beberapa
bangunan yang memiliki fungsi yang berbeda, namun merupakan satu kesatuan utuh
yang saling mendukung satu sama lain. Di antara bangunan-bangunan tersebut
adalah: bangunan utama (dapur umum), gudang besar (warehouse) persediaan bahan
mentah dan padi, dua steam generator (tungku pembakaran) buatan Jerman tahun
1894, menara cerobong asap, pabrik es batangan, rumah sakit, kantor koperasi
tambang batubara Ombilin, heuler (penggilingan padi), rumah kepala ransum,
rumah karyawan, pos penjaga, rumah jagal hewan, dan hunian kepala rumah potong
hewan.
Museum
ini berbeda dengan museum umumnya yang ada di Indonesia. Koleksi museumnya
berjumlah 150 buah, belum termasuk koleksi foto lama yang berjumlah lebih dari
250 buah. Koleksi Museum Gudang Ransum berupa periuk raksasa yang terbuat dari
besi dan nikel, di antaranya ada yang memiliki diameter 132 cm dan tinggi 62
cm. Dipajang juga koleksi kuali, rangsang, dan beragam peralatan dapur umum
berukuran besar. Selain itu, ada foto-foto pekerja paksa yang kakinya dirantai,
yang disebut Orang Rantai, pakaian mandor, pakaian pekerja dan koki,
perlengkapan tambang batubara, baik yang modern ketika itu dan yang
tradisional, serta contoh batu bara
Sumber
: https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Goedang_Ransoem
Untuk
lebih jelasnya mengenai museum tersebut bisa di akses melalui sumber website di
atas. Perjalanan singkat ini tak bisa semuanya untuk direkam dalam memori otak
manusia yang terbatas. Tapi bisa dijelaskan sedikit, menurut pandangan pribadi
penulis bahwa gudang ransum adalah saksi bisu penderitaan rakyat Indonesia saat
itu. Berhari-hari mereka bekerja secara –paksa- tentunya tak lain karena
ketidakberdayaan rakyat yang tidak mempunyai kuasa apalagi harta. Mereka –belanda-
membuat dapur umum agar para pekerja dapat menyambung hidup untuk melanjutkan kepentingan pemerintah –belanda-
yang dimana tenaga-tenaga manusia itu hanya dibayar dengan makanan yang
sejatinya adalah suatu kebutuhan pokok sehaari-hari.
Keadaan
mereka saat itu bisa dikatakan tidak layak disebut sebagai manusia normal yang
bebas. Selain para pekerja tambang yang di kontrak, ada yang namanya pekerja
paksa orang rantai dimana mereka inilah para pekerja –kerja rodi- yang pada
masa penjajahan Belanda terapkan dengan kondisi diberi sedikit upah dan hanya diberi makan sehari-hari. Kondisi orang
rantai inipun memprihatinkan –mengenaskan- dan merekalah rakyat pribumi yang
tertindas menjurus pada sistem perbudakan, tak ada yang bisa mereka perbuat
selain mengikuti perintah penguasa saat itu.
Museum Kereta Api Sawahlunto
Museum
ini merupakan tempat stasiun kereta api di Sawahlunto dan salah satu stasiun
terminus yang letaknya paling timur di Sumatera Barat. Stasiun kereta api ini
resmi dijadikan sebuah museum tepat pada tanggal 17 Desember 2005 oleh bapak
Jusuf Kalla yang saat itu sebagai Wakil Presiden RI. Dengan demikian Indonesia
memiliki 2 museum Kereta Api, satu di Ambarawa, Jawa tengah dan satunya di
Sawahlunto.
Museum
ini memiliki koleksi berjumlah 106 buah yang terdiri dari gerbong (5 buah),
lokomotif uap (1 buah), jam (2 buah), alat-alat sinyal atau komunikasi (34
buah), foto dokumentasi (34 buah), miniatur lokomotif (9 buah), brankas (3
buah), dongkrak rel (5 buah), label pabrik (3 buah), timbangan (3 buah),
lonceng penjaga (1 buah), dan baterai lokomotif (2 buah).
Sumber
: https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Kereta_Api_Sawahlunto
هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ ذَلُولًا فَٱمْشُوا۟ فِى مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا۟ مِن رِّزْقِهِۦ ۖ وَإِلَيْهِ ٱلنُّشُورُ
Artinya
:
Dialah
yang menjadikan bumi bagi kamu mudah digunakan, maka berjalanlah merata-rata
ceruk rantaunya, serta makanlah dari rezeki yang dikurniakan Allah; dan kepada
Allah jualah (kamu) dibangkitkan hidup semula. (Q.S Al-Mulk: 15)
قُلْ سِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَٱنظُرُوا۟ كَيْفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلُ ۚ كَانَ أَكْثَرُهُم مُّشْرِكِينَ
Artinya
:
Katakanlah:
Mengembaralah kamu di muka bumi kemudian lihatlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang telah lalu (yang telah dibinasakan); kebanyakan mereka adalah
orang-orang musyrik. (Q.S Ar-Rum: 42)
قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَٱنظُرُوا۟ كَيْفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلْمُكَذِّبِينَ
Artinya
:
Sesungguhnya telah berlaku sebelum kamu (contoh
kejadian-kejadian berdasarkan) peraturan-peraturan Allah yang tetap; oleh itu
mengembaralah kamu di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana akibat
orang-orang yang mendustakan (Rasul-Rasul). (Q.S Ali-Imran 137)
Dan...
masih banyak lagi Firman-Nya yang memerintahkan kita untuk mengembara di
bumi-Nya dengan niat dan tujuan yang sudah ditentukan oleh-Nya, tentu saja
berharap keridhoan-Nya agar setiap langkah kita menambah iman dan taqwa di
sisi-Nya.
Ayat
di atas adalah pemacu penulis untuk terus bisa melakukan perjalanan sebagai
tanggung jawab kita sebagai umat-Nya, meski memang tak sedikit budget yang
harus dikeluarkan. Untuk itu perlu pengelolaan keuangan pribadi yang terhandel
dengan rapi agar tanggung jawab lainnya bisa terpenuhi.
Maka
dari itu perjalanan yang kita lalui sebaiknya tempat-tempat bersejarah yang
mempunyai nilai-nilai budaya yang tinggi apalagi jika budaya itu berasal dari
agama rahmatan lilalamin yaitu Islam. Sungguh luar biasa takjub apalagi bentang
alam yang Ia ciptakan, tak sebanding dengan taman-taman buatan manusia. Sungguh
besar keagunga-Nya yang membuktikan Allah itu memang Maha Besar (Allahu Akbar).
Bonus
pict dari zulaikha J
Perjalanan
ke Kota Sawahlunto, 26 Juni 2018
Maha Benar Allah dengan segala FirmanNya
Maha Benar Allah dengan segala FirmanNya