Wednesday, March 6, 2019

“Parijs Van Sumatra” (ex Ibu Kota Indonesia)



Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang...

Hay... Assalamualaikum Wr.wb.

Tulisan ini dimulai setahun setelah perjalanan ini berlangsung, cukup lama untuk membangun kesadaran bahwa pentingnya mengabadikan moment dalam bentuk tulisan.

Lets..cekidot (Harap tenang pemirsaa... :D)

Yaps.. yang kagak tahu arti judul diatas pasti pada penasaran makanya baca blog ini kan?

Atau tak sengaja masuk ketika memasukkan keyword yang berkaitan dengan judul di atas...haha

Yang tahu, sssttt pada mingkem bentar ya.. (keep calm and stay with me) :D

**

Parijs Van Sumatra adalah Julukan dari Kota Bukittinggi, Sumatra Barat yang diberikan oleh Kolonial Belanda. Dalam bahasa belanda Kota Bukittinggi disebut dengan Fort de Kock. Bukittinggi (Bukiktinggi) pernah menjadi Ibu Kota Indonesia pada masa Pemerintah Darurat Republik Indonesia.

Kota ini adalah kota yang penuh dengan darah perjuangan, dimana lahirnya para pahlawan bangsa salah satunya Bapak Moh Hatta, Haji Agus Salim, Buya Hamka dll. Kota ini juga salah satu kota terbesar di Indonesia dan terbesar kedua dalam perekonomian di Provinsi Sumatra Barat.

Perjalanan ini sampai pada Kota Bukittinggi pada Bulan Juni 2018 lalu. Zaky Guest House Bukittinggi menjadi pilihan tempat kami berlabuh untuk bermalam selama dua hari, yang bertempat di Gg. Swadaya, Campago Ipuh, Mandiangin Koto Selayan, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Pemandangan di depan penginapan sangatlah apik, karena bisa melihat langsung kenampakan alam yaitu gunung Marapi.

“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Naml:88)
Sekilas tentang Gunung Marapi atau biasa disebut dengan Merapi atau Berapi. Gunung ini termasuk ke dalam gunung yang paling aktif di Sumatera. Terletak di kabupaten Agam namun bisa terlihat dengan jelas dari kota Bukittinggi, kota Padangpanjang dan kabupaten Tanah Datar serta memiliki ketinggian 2.891 m. (Bayangin yakk betapa menjulang tinggi itu gunung sampai kelihatan di 3 kota yang berbeda, MasyaAllah). Gunung Marapi tercatat sudah meletus lebih dari 50 kali sejak akhir abad 18. (Artinya abad 20-21 sekarang belum meletus lagi dong.. tapi masih aktif... wahhh tetep waspada ya uda dan uni yang disana wkwk).


Nah ini dia salah satu tim perjalanan kita tahun lalu (29.06.18), ahh semoga tahun ini bisa ke Aceh atau Yogya Aamiin (pengen banget)

Kelok Sembilan (Kelok 9)

Kelok 9 adalah ruas jalan yang berkelok yang bertempat 30 km di sebelah timur dari Kota Payakumbuh menuju Provinsi Riau. Jalan ini membentang sepanjang 300 meter di Jorong Aie Putiah, Nagari Sarilamak, Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat dan merupakan bagian dari ruas jalan penghubung Lintas Tengah Sumatera dan Pantai Timur Sumatera. Jalan ini memiliki tikungan yang tajam dan lebar sekitar 5 meter, berbatasan dengan jurang, dan diapit oleh dua perbukitan di antara dua cagar alam: Cagar Alam Air Putih dan Cagar Alam Harau.

Di sekitar Jalan Kelok 9 saat ini telah dibangun jembatan layang sepanjang 2,5 km. Jembatan ini membentang meliuk-liuk menyusuri dua dinding bukit terjal dengan tinggi tiang-tiang beton bervariasi mencapai 58 meter. Terhitung, jembatan ini enam kali menyeberangi bolak balik bukit. Jembatan ini diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Oktober 2013.

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Kelok_9

Jalan Kelok 9 dibangun semasa pemerintahan Hindia Belanda antara tahun 1908–1914. Jalan ini meliuk melintasi Bukit Barisan yang memanjang dari utara ke selatan Pulau Sumatera. Jika direntang lurus panjang Kelok Sembilan hanya 300 meter dengan lebar 5 meter dan tinggi sekitar 80 meter.

Berdasarkan catatan Kementerian PU, dalam sehari jalan ini dilalui lebih dari 10 ribu unit kendaraan dan pada saat libur atau perayaan hari besar meningkat 2 sampai 3 kali lipat. Namun, sejak dibangun Kelok Sembilan nyaris tak mengalami pelebaran berarti karena terkendala medan. Seiring peningkatan volume kendaraan yang melintas, kondisi jalan yang sempit dan terjal sering mengakibatkan kemacetan. Lebar jalan yang hanya 5 meter dan tikungannya yang tajam kerap menyulitkan kendaraan bermuatan besar melintas karena tidak kuat menanjak.

Pada tahun 2000, lalu lintas kendaran antara Sumatera Barat dan Riau sudah mencapai antara 9.000 sampai 11.000 kendaraan sehari dengan mengangkut sekitar 15,8 juta orang dan sekitar 28,5 juta ton barang dalam setahun. Separuh dari barang yang diangkut adalah hasil pertanian dan peternakan. Karena penyempitan jalan di Kelok Sembilan, perjalanan dari Bukittinggi menuju Pekanbaru yang mestinya dapat ditempuh dalam waktu 4 jam, bisa memakan waktu 5 sampai 6 jam. Mengatasi persoalan ini, Kepala Dinas Prasarana Jalan Sumatera Barat Ir. Hediyanto W. Husaini mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk membangun jembatan layang. Pembangunan jalan layang Kelok 9 mulai dikerjakan pada November 2003 setelah memperoleh persetujuan pemerintah pusat melalui Badan Perencanaan Pembangunan Nasional pada Agustus 2003.

Pembangunan jembatan layang Kelok 9 mulai dilakukan pada 2003. Pengerjaannya ditangani dalam dua tahapan pembangunan. Panjang keseluruhan jembatan dan jalan yang dibangun adalah 2.537 meter, terdiri dari enam jembatan dengan panjang 959 meter dan jalan penghubung sepanjang 1.537 meter.

Jembatan layang Kelok 9 terdiri dari enam jembatan dan memiliki ruas jalan selebar 12,5 meter. Bentang jembatan pertama memiliki panjang 20 meter, bentang kedua 230 meter, dan bentang ketiga 65 meter.

Bentang keempat memiliki panjang 462 meter. Bentang jembatan keempat merupakan jembatan jenis pelengkung beton dengan fondasi bore pile sedalam 20 meter untuk menahan berat jembatan dan gaya horizontal gempa. Bentang jembatan kelima memiliki panjang 31 meter dan bentang keenam 156 meter.

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Kelok_9

Nah itulah guys review tentang kelok 9. Apikk banget kan....???

Luar biasa banget ya yang punya ide buat kayak gini, berkat kemajuan zaman, manusia butuh progress untuk memudahkan pergerakan dan akses jalan yang cepat dan aman. Akhirnya dibangunlah kelok 9 ini. Kelok 9 ini sudah dijadikan tempat wisata untuk mengabadikan momen-momen dalam rangka mengenang dan bangga atas karya Rakyat Indonesia.

Cagar Alam Harau (Lembah Harau)
Lembah Harau adalah sebuah ngarai dekat kota Payakumbuh di kabupaten Limapuluh Koto, provinsi Sumatera Barat. Lembah Harau diapit dua bukit cadas terjal dengan ketinggian mencapai 150 meter berupa batu pasir yang terjal berwarna-warni, dengan ketinggian 100 sampai 500 meter. Topografi Cagar Alam Harau adalah berbukit-bukit dan bergelombang. Tinggi dari permukaan laut adalah 500 sampai 850 meter, bukit tersebut antara lain adalah Bukit Air Putih, Bukit Jambu, Bukit Singkarak dan Bukit Tarantang. Berjalan menuju Lembah Harau amat menyenangkan. Dengan udara yang masih segar, Anda bisa melihat keindahan alam sekitarnya. Tebing-tebing granit yang menjulang tinggi dengan bentuknya yang unik mengelilingi lembah. Tebing-tebing granit yang terjal ini mempunyai ketinggian 80 m hingga 300 m. Lembah Harau seluas 270,5 hektare/2.705km² . Tempat ini ditetapkan sebagai cagar alam sejak 10 Januari 1993.
Sumber https://id.wikipedia.org/wiki/Lembah_Harau
Sebenarnya kawasan lembah harau banyak sekali yang patut untuk diceritakan dan di deskripsikan, lebih lengkapnya klik sumber diatas ya guys. Karena kalo dari segi pandang penulis, lembah harau sangatlah luas dan kompleks panjang kali ini halaman nantinya. Disana juga terdapat kawasan bermain seperti sepeda yang melayang di atas (lupa namanya :D maaf ), berperahu di alur sungai tenang, balon angkasa, dan air terjun serta banyak lainnya. Satu lagi yang buat takjub adalah dimana lembah ini benar-benar dikelilingi oleh tebing-tebing granit yang tinggi. Apalagi kalo menurut sumber diatas bahwa lembah ini dahulunya adalah laut (:O) karena terdapat batu konglomerat yang menurut penelitian bahwa batu tersebut berasal dari dasar laut. Wah bayangin pas nyampe kesana bener-bener takjub sekaligus ketakutan kepada Allah semakin besar, dengan mudahnya Ia membuat laut mengering dan menjadikan kenampakan alam yang sangat indah. (MasyaAllah)

Tahu nggk guys apa yang aku sesalkan ketika disana, aku nggk banyak potret alam disitu jadi aku nggk bisa lengkapi tulisan dengan pict asli dimana aku bener-bener sudah tengok dengan mata kepala sendiri.. hiks perjalanan selanjutnya harus potret alamnya yang lebih banyak. biar nggk dibilang No pict is Hoax hha.


Rumah Gadang ini  juga ada di lembah Harau loh... tapi versi yang mungil nggk seperti artinya Gadang (besar). Kalo kata orang yang sudah pernah wisata ke daerah Minang, bisa buat pengen dan pengen lagi deh kesini, tapi kalo aku cukup sekali aja karena duit nya bisa pergi ke tempat yang lain Turkey misalnya. Aamiin :*

Taraa,, ini versi sesuai namanya Gadang alias besar ini juga ada di lembah harau.. dari jauh aja keliatan gede ya kan.. terus tau nggk waktu kesini ini seperti ala-ala koreaan gituu.. like a autumn atau winter yak ??? kalo aku lebih ke autumn dehh karena kalo winter kayakny nggk cocok karena ada air tuh (becek) :D



Benteng  Fort De Kock

Benteng ini berada di lokasi yang sama dengan Kebun Binatang Bukittinggi dan Museum Rumah Adat Baanjuang. Kawasan benteng terletak di bukit sebelah kiri pintu masuk sedangkan kawasan kebun binatang dan museum berbentuk rumah gadang tersebut berada di bukit sebelah kanan. Keduanya dihubungkan oleh Jembatan Limpapeh yang di bawahnya adalah jalan raya dalam kota Bukittinggi. Kawasan ini hanya terletak 1 km dari pusat kota Bukittinggi di kawasan Jam Gadang, tepatnya di terusan jalan Tuanku nan Renceh.

Benteng ini adalah satu dari 2 benteng belanda yang ada di sumatera barat , yang satu lagi terletak di Batusangkar dengan nama benteng Fort Van der Capellen karena 2 kota inilah dahulu yang paling susah ditaklukan belanda saat Perang Paderi.

Sumber https://id.wikipedia.org/wiki/Benteng_Fort_de_Kock
Hal yang lucu bagi penulis nih, sebenernya penulis nggk sadar ternyata benteng yang waktu itu pernah di datangi adalah benteng Fort De Kock dimana sebagai tempat Ibukota Indonesia pada saat pemerintahan darurat Republik Indonesia. Waduh malu, waktu itu dengan malas kesana karena ikut rombongan, dalam pikiranku untuk apa datang ke tempat ini, karena pada saat itu bener-bener buta sejarah yang satu ini. Malu banget ngaku orang Indonesia tapi nggk tahu sejarah Indonesia, hmm inilah yang membuat kita tertinggal dari japan, china dan korea. Karena rakyat china, korea apalagi japan, mereka benar-benar tahu sejarah negara mereka sendiri apalagi dengan adanya sistem wamil (wajib militer). Jadi patriotisme dengan negara sendiri sangat mendarah daging.



Untungnya sempet ambil foto ini, dan cuma satu pula. Huhhfff... ini adalah kondisi ter update tahun lalu ya, alhamdulilah masih terawat dengan baik. Semoga generasi penerus bangsa abad 21 bisa lebih terbuka pada sejarah dan bisa menghargai para jasa pahlawan. JASMERAH.
Ohiya seperti yang tertulis di atas bahwa untuk menuju lokasi benteng, kita harus melewati kebun binatang dan museum yang berbentuk rumah Gadang.


Pict di atas, itu di belakang penulis sepertinya museum yang seperti rumah Gadang, tapi nggk yakin juga sih tapi InsyaAllah bener deh, karena rumah itu berada di dalam area kebun binatang sebelum ke area Fort De Kock.


Nah ini adalah jembatang gantung Limpapeh yang menghubungkan area kebun binatang dengan benteng. Dan di bawah jembatan ini adalah jalan raya. Yang didalam pict itu adalah seseorang yang sangat luar biasa, beliaulah yang mengajak penulis bisa mengelilingi daerah Minang secara free guys.. MasyaAllah penulis Cuma bawa badan aja nih, semua kebutuhan disana beliau yang urus bahkan perihal oleh-oleh lohh guys .. hikss terharu bangettt pokoknya penulis berdoa untuk beliau semoga selalu sehat, kuat, dan semoga rezeki mengalir terus seperti aliran sungai yang deras.

Tuh masih di atas jembatan Limpapeh loh.. keliatan kan jalan raya nya.. rumah penduduk yang padat karena memang di tengah kota, terus gunung Marapi yang gagah terlihat betul dari sini.

Nah ini sudah masuk sekitaran benteng Fort de Kock, tepatnya ada di depan kami guys... kalian lihat slogan yang terpampang disitu “Menjaga Sopan Santun adalah Budaya Bangsa” penulis setuju bangett, karena itulah Indonesia ini dikenal dengan negara yang ramah J

Jam Gadang
Jam Gadang adalah nama untuk menara jam yang terletak di pusat kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia. Menara jam ini memiliki jam dengan ukuran besar di empat sisinya sehingga dinamakan Jam Gadang, sebutan bahasa Minangkabau yang berarti "jam besar".
Jam Gadang selesai dibangun pada tahun 1926 sebagai hadiah dari Ratu Belanda kepada Rook Maker, sekretaris atau controleur Fort de Kock (sekarang Kota Bukittinggi) pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Arsitektur menara jam ini dirancang oleh Jazid Radjo Mangkuto, sedangkan peletakan batu pertama dilakukan oleh putra pertama Rook Maker yang pada saat itu masih berusia 6 tahun.
Pembangunan Jam Gadang menghabiskan biaya sekitar 3.000 Gulden, biaya yang tergolong fantastis untuk ukuran waktu itu. Sehingga sejak dibangun dan sejak diresmikannya, menara jam ini telah menjadi pusat perhatian setiap orang. Hal itu pula yang mengakibatkan Jam Gadang kemudian dijadikan sebagai penanda atau markah tanah dan juga titik nol Kota Bukittinggi.
Sejak didirikan, menara jam ini telah mengalami tiga kali perubahan pada bentuk atapnya. Awal didirikan pada masa pemerintahan Hindia Belanda, atap pada Jam Gadang berbentuk bulat dengan patung ayam jantan menghadap ke arah timur di atasnya. Kemudian pada masa pendudukan Jepang diubah menjadi bentuk pagoda. Terakhir setelah Indonesia merdeka, atap pada Jam Gadang diubah menjadi bentuk gonjong atau atap pada rumah adat Minangkabau, Rumah Gadang.

Renovasi terakhir yang dilakukan pada Jam Gadang adalah pada tahun 2010 oleh Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) dengan dukungan pemerintah kota Bukittinggi dan Kedutaan Besar Belanda di Jakarta. Renovasi tersebut diresmikan tepat pada ulang tahun kota Bukittinggi yang ke-262 pada tanggal 22 Desember 2010.
Ukuran dasar bangunan Jam Gadang yaitu 6,5 x 6,5 meter, ditambah dengan ukuran dasar tangga selebar 4 meter, sehingga ukuran dasar bangunan keseluruhan 6,5 x 10,5 meter. Bagian dalam menara jam setinggi 36 meter ini terdiri dari beberapa tingkat, dengan tingkat teratas merupakan tempat penyimpanan bandul. Bandul tersebut sempat patah hingga harus diganti akibat gempa pada tahun 2007.
Terdapat 4 jam dengan diameter masing-masing 80 cm pada Jam Gadang. Jam tersebut didatangkan langsung dari Rotterdam, Belanda melalui pelabuhan Teluk Bayur dan digerakkan secara mekanik oleh mesin yang hanya dibuat 2 unit di dunia, yaitu Jam Gadang itu sendiri dan Big Ben di London, Inggris. Mesin jam dan permukaan jam terletak pada satu tingkat di bawah tingkat paling atas. Pada bagian lonceng tertera pabrik pembuat jam yaitu Vortmann Relinghausen. Vortman adalah nama belakang pembuat jam, Benhard Vortmann, sedangkan Recklinghausen adalah nama kota di Jerman yang merupakan tempat diproduksinya mesin jam pada tahun 1892.
Sumber https://id.wikipedia.org/wiki/Jam_Gadang
Jam Gadang dibangun tanpa menggunakan besi peyangga dan adukan semen. Campurannya hanya kapur dan pasir. (MasyaAllah, bangunan setinggi itu hanya dari kapur dan pasir loh, kalo bukan karena kuasaNya, itu bangunan nggk kan berdiri sampe hari ini, dan tentunya didukung oleh otak cerdasnya manusia. Jadi inget pepatah deh.. “Ilmu tanpa Agama Buta, Agama tanpa Ilmu Lumpuh” jadi keduanya harus sinkron, orang yang  berilmu tapi tak percaya pada agama sama saja berjalan dimuka bumi tanpa arah, kalo muslim tapi tak berilmu sama saja hidup tak bisa berjalan kemana-mana. Keseimbangan diantara keduanyalah yang akan meningkatkan taraf Iman di hati kita, Aamiin.
Ohiya, jam gadang ini ternyata dekat dengan pasar kota dan bisa berjalan kaki menuju benteng Fort De kock tadi loh jaraknya 1 km.


Lokasi di sekitar jam gadang ini dipenuhi oleh kereta kuda, karena bersampingan dengan pasar sehingga banyak sekali angkutan kuda alias delman yang parkir di area ini. Ini adalah salah satu ciri khas daerah yang masih sangat kental dan dijaga oleh masyarakat Minang, walaupun banyak sekali angkutan modern yang super cepat tapi masih banyak juga yang menggunakan delman sebagai alternatif angkutan selain sebagai kendaraan juga sebagai penikmat budaya, seru banget bisa keliling di sekitaran ini menggunakan kereta kuda (delman). 



Panorama Ngarai Sianok

Ngarai Sianok adalah sebuah lembah curam (jurang) yang terletak di perbatasan kota Bukittinggi, di kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Lembah ini memanjang dan berkelok sebagai garis batas kota dari selatan ngarai Koto Gadang sampai ke nagari Sianok Anam Suku, dan berakhir di kecamatan Palupuh. Ngarai Sianok memiliki pemandangan yang sangat indah dan juga menjadi salah satu objek wisata andalan provinsi.

Ngarai Sianok yang dalam jurangnya sekitar 100 m ini, membentang sepanjang 15 km dengan lebar sekitar 200 m, dan merupakan bagian dari patahan yang memisahkan pulau Sumatera menjadi dua bagian memanjang (patahan Semangko). Patahan ini membentuk dinding yang curam, bahkan tegak lurus dan membentuk lembah yang hijau—hasil dari gerakan turun kulit bumi (sinklinal)—yang dialiri Batang Sianok (batang berarti sungai, dalam bahasa Minangkabau) yang airnya jernih. Di zaman kolonial Belanda, jurang ini disebut juga sebagai karbouwengat atau kerbau sanget, karena banyaknya kerbau liar yang hidup bebas di dasar ngarai ini.
Sumber https://id.wikipedia.org/wiki/Ngarai_Sianok



Maaf ya kok ada kami terus sihh dalam pict nya haha.. (lah terserah yang punya kamera dong yaa)

Wisata panorama ngarai sianok, posisi kita lagi di atasnya jurangnya nih.. langsung terlhat gunung Marapi juga.


Itu ngarainya seperti yang tertera di atas bahwa sangat luas, bahkan sangat jauh dari atas. Mungkin kalo mau lompat uji adrenalin yang ada kamu langsung masuk kubur hha... ohiya dibawah sana juga katanya menjadi tempat pembuangan mayat-mayat romusha. Lebih jelasnya nanti kita bahas pada wisata berikutnya ya..
Lobang Jepang
Lubang Jepang Bukittinggi (juga dieja Lobang Jepang) adalah salah satu objek wisata sejarah yang ada di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia. Lubang Jepang merupakan sebuah terowongan (bunker) perlindungan yang dibangun tentara pendudukan Jepang sekitar tahun 1942 untuk kepentingan pertahanan.

Lubang Jepang mulai dikelola menjadi objek wisata sejarah pada tahun 1984, oleh pemerintah kota Bukittinggi. Beberapa pintu masuk ke Lubang Jepang ini diantaranya terletak pada kawasan Ngarai Sianok, Taman Panorama, di samping Istana Bung Hatta dan di Kebun Binatang Bukittinggi.

(Nah kalo pict yang diatas, itu salah satu pintu lobang jepang yang berada di kawasan ngarai sianok, nah salah satu tembusan ke bawahnya nanti sampai ke jurang ngarai sianok, disitulah nanti tempat pembuangan mayat-mayat romusha.)

Sebelumnya, Lubang Jepang dibangun sebagai tempat penyimpanan perbekalan dan peralatan perang tentara Jepang, dengan panjang terowongan yang mencapai 1400 m dan berkelok-kelok serta memiliki lebar sekitar 2 meter. Sejumlah ruangan khusus terdapat di terowongan ini, di antaranya adalah ruang pengintaian, ruang penyergapan, penjara, dan gudang senjata.

Selain lokasinya yang strategis di kota yang dahulunya merupakan pusat pemerintahan Sumatera Tengah, tanah yang menjadi dinding terowongan ini merupakan jenis tanah yang jika bercampur air akan semakin kokoh. Bahkan gempa yang mengguncang Sumatera Barat tahun 2009 lalu tidak banyak merusak struktur terowongan.

Diperkirakan puluhan sampai ratusan ribu tenaga kerja paksa atau romusha dikerahkan dari pulau Jawa, Sulawesi dan Kalimantan untuk menggali terowongan ini. Pemilihan tenaga kerja dari luar daerah ini merupakan strategi kolonial Jepang untuk menjaga kerahasiaan megaproyek ini. Tenaga kerja dari Bukittinggi sendiri dikerahkan di antaranya untuk mengerjakan terowongan pertahanan di Bandung dan Pulau Biak.

Sumber https://id.wikipedia.org/wiki/Lubang_Jepang_Bukittinggi

Pertama kali masuk lobang yang panjangnya sampai 1.4 km guys.. didalam sana hawanya dingin, mungkin itu salah satu faktor kita bisa bernafas lama di dalam. Dari atas menuju dasar itu mencapai 30 meter guys, OMG kebayang nggk naik turun melalui tangga yang kurang lebih sebanyak 33 anak tangga. Waktu itu pas turun, suasana yang dingin dan lembab masih segar dan kuat, ehh pas balik naik tangga itu. Sungguh dedek lemes bang.. haha ketar ketir ini betis, apalagi eneng yang berat ini bang haha

Itu adalah gudang senjata guys, disinilah para tentara jepang mengumpulkan persenjataan dan ruang senjata ini tidak hanya satu tapi lebih dari 5, maafken resolusi gambar nggk terlalu bagus ditambah gelap.

Salah satu jalur terowongan yang menuju penjara bawah. Pengalaman kemarin, yang suka ngelamun mending nggk usah masuk deh yaa.. suasananya hening sunyi hihi

Hayoo yang mau di penjara di lobang ini, entar kalo udah mati tinggal di buang aja.. rebess... hha

Tuh ada tulisan pintu pengintaian dimana disitu ada celah, yang celahnya tembus ke jalan raya. Jadi, tentara jepang akan tahu siapa yang akan lewat atau yang akan mendatangi mereka seperti mata-mata. Dan orang luar tidak akan tahu karena lubang celahnya kecil dan tertutupi semak-semak di pinggir jalan. Disini juga tempat pembantaian parat rakyat yang menjadi romusha jika ingin melarikan diri atau bertindak diluar tugas dari tentara jepang.



**

Akhirnya hari ini berakhir dengan keringat yang bercucuran hha, dari pagi bahkan mentaripun belum tampak di ufuknya, kita sudah berjalan ke kelok 9, kemudian menyusuri lembah harau, melewati kebun binatang ke benteng Fork De Kock, lalu Jam Gadang, terus ke Ngarai Sianok dan terakhir menyesuri lobang Jepang hingga mataharipun sudah tenggelam di barat. Luar biasa banget kan mengelilingi Bukittinggi tanpa ampun, siapa dulu ketua perjalananan kita Ummi Muadz yang super duper kuat..

Mengucap syukur walhamdulilah atas nikmat waktu dan kesempatan, ukhuwah serta nikmat sehat yang selalu tercurah pada kita, jika tidak maka perjalanan ini akan menjad wacana di dalam kamar masing-masing hha.. betapa IndahNya ciptaanMu YaRabb.. banyak sekali hikmah jika kita renungkan di setiap ciptaanNya, sungguh sayang dan cintaMu Ya Rabb pada kami, tapi kami tak sadar besarnya kasih sayangMu.. jadikan kami umatmu yang bersyukur Ya Allah...

وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦ خَلْقُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَٰنِكُمْ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّلْعَٰلِمِينَ

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. (QS. Ar-Rum; 22)

وَمِنْ ءَايَٰتِهِ ٱلَّيْلُ وَٱلنَّهَارُ وَٱلشَّمْسُ وَٱلْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا۟ لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَٱسْجُدُوا۟ لِلَّهِ ٱلَّذِى خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah. (QS. Fussilat; 37)

وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنَّكَ تَرَى ٱلْأَرْضَ خَٰشِعَةً فَإِذَآ أَنزَلْنَا عَلَيْهَا ٱلْمَآءَ ٱهْتَزَّتْ وَرَبَتْ ۚ إِنَّ ٱلَّذِىٓ أَحْيَاهَا لَمُحْىِ ٱلْمَوْتَىٰٓ ۚ إِنَّهُۥ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

Dan di antara tanda-tanda-Nya (Ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Fussilat;39)

 Maha Benar Allah Dengan Segala Firman-FirmanNya... Aamiin

2 comments: