Dengan
Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang...
Hay...
Assalamualaikum Wr.wb.
Tulisan
ini dimulai setahun setelah perjalanan ini berlangsung, cukup lama untuk
membangun kesadaran bahwa pentingnya mengabadikan moment dalam bentuk tulisan.
Lets..cekidot
(Harap tenang pemirsaa... :D)
Yaps..
yang kagak tahu arti judul diatas pasti pada penasaran makanya baca blog ini
kan?
Atau
tak sengaja masuk ketika memasukkan keyword yang berkaitan dengan judul di
atas...haha
Yang
tahu, sssttt pada mingkem bentar ya.. (keep calm and stay with me) :D
**
Parijs Van Sumatra
adalah Julukan dari Kota Bukittinggi,
Sumatra Barat yang diberikan oleh Kolonial Belanda. Dalam bahasa belanda Kota
Bukittinggi disebut dengan Fort de Kock. Bukittinggi (Bukiktinggi) pernah menjadi Ibu Kota Indonesia pada masa Pemerintah
Darurat Republik Indonesia.
Kota
ini adalah kota yang penuh dengan darah perjuangan, dimana lahirnya para
pahlawan bangsa salah satunya Bapak Moh Hatta, Haji Agus Salim, Buya Hamka dll.
Kota ini juga salah satu kota terbesar di Indonesia dan terbesar kedua dalam
perekonomian di Provinsi Sumatra Barat.
Perjalanan
ini sampai pada Kota Bukittinggi pada Bulan Juni 2018 lalu. Zaky Guest House
Bukittinggi menjadi pilihan tempat kami berlabuh untuk bermalam selama dua
hari, yang bertempat di Gg. Swadaya, Campago Ipuh, Mandiangin Koto Selayan,
Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Pemandangan di depan penginapan sangatlah
apik, karena bisa melihat langsung kenampakan alam yaitu gunung Marapi.
“Dan
kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia
berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan
kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS. An-Naml:88)
Sekilas
tentang Gunung Marapi atau biasa disebut dengan Merapi atau Berapi. Gunung ini
termasuk ke dalam gunung yang paling aktif di Sumatera. Terletak di kabupaten
Agam namun bisa terlihat dengan jelas dari kota Bukittinggi, kota Padangpanjang
dan kabupaten Tanah Datar serta memiliki ketinggian 2.891 m. (Bayangin yakk
betapa menjulang tinggi itu gunung sampai kelihatan di 3 kota yang berbeda,
MasyaAllah). Gunung Marapi tercatat sudah meletus lebih dari 50 kali sejak
akhir abad 18. (Artinya abad 20-21 sekarang belum meletus lagi dong.. tapi masih
aktif... wahhh tetep waspada ya uda dan uni yang disana wkwk).
Nah
ini dia salah satu tim perjalanan kita tahun lalu (29.06.18), ahh semoga tahun
ini bisa ke Aceh atau Yogya Aamiin (pengen banget)
Kelok Sembilan (Kelok 9)
Kelok
9 adalah ruas jalan yang berkelok yang bertempat 30 km di sebelah timur dari
Kota Payakumbuh menuju Provinsi Riau. Jalan ini membentang sepanjang 300 meter
di Jorong Aie Putiah, Nagari Sarilamak, Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh
Kota, Sumatera Barat dan merupakan bagian dari ruas jalan penghubung Lintas
Tengah Sumatera dan Pantai Timur Sumatera. Jalan ini memiliki tikungan yang
tajam dan lebar sekitar 5 meter, berbatasan dengan jurang, dan diapit oleh dua
perbukitan di antara dua cagar alam: Cagar Alam Air Putih dan Cagar Alam Harau.
Di
sekitar Jalan Kelok 9 saat ini telah dibangun jembatan layang sepanjang 2,5 km.
Jembatan ini membentang meliuk-liuk menyusuri dua dinding bukit terjal dengan
tinggi tiang-tiang beton bervariasi mencapai 58 meter. Terhitung, jembatan ini
enam kali menyeberangi bolak balik bukit. Jembatan ini diresmikan oleh Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono pada Oktober 2013.
Sumber
: https://id.wikipedia.org/wiki/Kelok_9
Jalan
Kelok 9 dibangun semasa pemerintahan Hindia Belanda antara tahun 1908–1914.
Jalan ini meliuk melintasi Bukit Barisan yang memanjang dari utara ke selatan
Pulau Sumatera. Jika direntang lurus panjang Kelok Sembilan hanya 300 meter
dengan lebar 5 meter dan tinggi sekitar 80 meter.
Berdasarkan
catatan Kementerian PU, dalam sehari jalan ini dilalui lebih dari 10 ribu unit
kendaraan dan pada saat libur atau perayaan hari besar meningkat 2 sampai 3
kali lipat. Namun, sejak dibangun Kelok Sembilan nyaris tak mengalami pelebaran
berarti karena terkendala medan. Seiring peningkatan volume kendaraan yang
melintas, kondisi jalan yang sempit dan terjal sering mengakibatkan kemacetan.
Lebar jalan yang hanya 5 meter dan tikungannya yang tajam kerap menyulitkan
kendaraan bermuatan besar melintas karena tidak kuat menanjak.
Pada
tahun 2000, lalu lintas kendaran antara Sumatera Barat dan Riau sudah mencapai
antara 9.000 sampai 11.000 kendaraan sehari dengan mengangkut sekitar 15,8 juta
orang dan sekitar 28,5 juta ton barang dalam setahun. Separuh dari barang yang
diangkut adalah hasil pertanian dan peternakan. Karena penyempitan jalan di
Kelok Sembilan, perjalanan dari Bukittinggi menuju Pekanbaru yang mestinya
dapat ditempuh dalam waktu 4 jam, bisa memakan waktu 5 sampai 6 jam. Mengatasi
persoalan ini, Kepala Dinas Prasarana Jalan Sumatera Barat Ir. Hediyanto W.
Husaini mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk membangun jembatan layang.
Pembangunan jalan layang Kelok 9 mulai dikerjakan pada November 2003 setelah
memperoleh persetujuan pemerintah pusat melalui Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional pada Agustus 2003.
Pembangunan
jembatan layang Kelok 9 mulai dilakukan pada 2003. Pengerjaannya ditangani
dalam dua tahapan pembangunan. Panjang keseluruhan jembatan dan jalan yang
dibangun adalah 2.537 meter, terdiri dari enam jembatan dengan panjang 959
meter dan jalan penghubung sepanjang 1.537 meter.
Jembatan
layang Kelok 9 terdiri dari enam jembatan dan memiliki ruas jalan selebar 12,5
meter. Bentang jembatan pertama memiliki panjang 20 meter, bentang kedua 230 meter,
dan bentang ketiga 65 meter.
Bentang
keempat memiliki panjang 462 meter. Bentang jembatan keempat merupakan jembatan
jenis pelengkung beton dengan fondasi bore pile sedalam 20 meter untuk menahan
berat jembatan dan gaya horizontal gempa. Bentang jembatan kelima memiliki
panjang 31 meter dan bentang keenam 156 meter.
Sumber
: https://id.wikipedia.org/wiki/Kelok_9
Nah
itulah guys review tentang kelok 9. Apikk banget kan....???
Luar
biasa banget ya yang punya ide buat kayak gini, berkat kemajuan zaman, manusia
butuh progress untuk memudahkan pergerakan dan akses jalan yang cepat dan aman.
Akhirnya dibangunlah kelok 9 ini. Kelok 9 ini sudah dijadikan tempat wisata
untuk mengabadikan momen-momen dalam rangka mengenang dan bangga atas karya
Rakyat Indonesia.
Cagar Alam Harau (Lembah Harau)
Lembah
Harau adalah sebuah ngarai dekat kota Payakumbuh di kabupaten Limapuluh Koto,
provinsi Sumatera Barat. Lembah Harau diapit dua bukit cadas terjal dengan
ketinggian mencapai 150 meter berupa batu pasir yang terjal berwarna-warni,
dengan ketinggian 100 sampai 500 meter. Topografi Cagar Alam Harau adalah
berbukit-bukit dan bergelombang. Tinggi dari permukaan laut adalah 500 sampai
850 meter, bukit tersebut antara lain adalah Bukit Air Putih, Bukit Jambu,
Bukit Singkarak dan Bukit Tarantang. Berjalan menuju Lembah Harau amat
menyenangkan. Dengan udara yang masih segar, Anda bisa melihat keindahan alam
sekitarnya. Tebing-tebing granit yang menjulang tinggi dengan bentuknya yang
unik mengelilingi lembah. Tebing-tebing granit yang terjal ini mempunyai
ketinggian 80 m hingga 300 m. Lembah Harau seluas 270,5 hektare/2.705km² .
Tempat ini ditetapkan sebagai cagar alam sejak 10 Januari 1993.
Sumber
https://id.wikipedia.org/wiki/Lembah_Harau
Sebenarnya
kawasan lembah harau banyak sekali yang patut untuk diceritakan dan di
deskripsikan, lebih lengkapnya klik sumber diatas ya guys. Karena kalo dari
segi pandang penulis, lembah harau sangatlah luas dan kompleks panjang kali ini
halaman nantinya. Disana juga terdapat kawasan bermain seperti sepeda yang
melayang di atas (lupa namanya :D maaf ), berperahu di alur sungai tenang,
balon angkasa, dan air terjun serta banyak lainnya. Satu lagi yang buat takjub
adalah dimana lembah ini benar-benar dikelilingi oleh tebing-tebing granit yang
tinggi. Apalagi kalo menurut sumber diatas bahwa lembah ini dahulunya adalah
laut (:O) karena terdapat batu konglomerat yang menurut penelitian bahwa batu
tersebut berasal dari dasar laut. Wah bayangin pas nyampe kesana bener-bener
takjub sekaligus ketakutan kepada Allah semakin besar, dengan mudahnya Ia
membuat laut mengering dan menjadikan kenampakan alam yang sangat indah.
(MasyaAllah)
Rumah
Gadang ini juga ada di lembah Harau
loh... tapi versi yang mungil nggk seperti artinya Gadang (besar). Kalo kata
orang yang sudah pernah wisata ke daerah Minang, bisa buat pengen dan pengen
lagi deh kesini, tapi kalo aku cukup sekali aja karena duit nya bisa pergi ke
tempat yang lain Turkey misalnya. Aamiin :*
Taraa,,
ini versi sesuai namanya Gadang alias besar ini juga ada di lembah harau.. dari
jauh aja keliatan gede ya kan.. terus tau nggk waktu kesini ini seperti ala-ala
koreaan gituu.. like a autumn atau winter yak ??? kalo aku lebih ke autumn dehh
karena kalo winter kayakny nggk cocok karena ada air tuh (becek) :D
Benteng Fort De Kock
Benteng
ini berada di lokasi yang sama dengan Kebun Binatang Bukittinggi dan Museum
Rumah Adat Baanjuang. Kawasan benteng terletak di bukit sebelah kiri pintu
masuk sedangkan kawasan kebun binatang dan museum berbentuk rumah gadang
tersebut berada di bukit sebelah kanan. Keduanya dihubungkan oleh Jembatan
Limpapeh yang di bawahnya adalah jalan raya dalam kota Bukittinggi. Kawasan ini
hanya terletak 1 km dari pusat kota Bukittinggi di kawasan Jam Gadang, tepatnya
di terusan jalan Tuanku nan Renceh.
Benteng
ini adalah satu dari 2 benteng belanda yang ada di sumatera barat , yang satu
lagi terletak di Batusangkar dengan nama benteng Fort Van der Capellen karena 2
kota inilah dahulu yang paling susah ditaklukan belanda saat Perang Paderi.
Sumber
https://id.wikipedia.org/wiki/Benteng_Fort_de_Kock
Hal yang lucu bagi penulis nih, sebenernya
penulis nggk sadar ternyata benteng yang waktu itu pernah di datangi adalah
benteng Fort De Kock dimana sebagai tempat Ibukota Indonesia pada saat
pemerintahan darurat Republik Indonesia. Waduh malu, waktu itu dengan malas
kesana karena ikut rombongan, dalam pikiranku untuk apa datang ke tempat ini,
karena pada saat itu bener-bener buta sejarah yang satu ini. Malu banget ngaku
orang Indonesia tapi nggk tahu sejarah Indonesia, hmm inilah yang membuat kita
tertinggal dari japan, china dan korea. Karena rakyat china, korea apalagi
japan, mereka benar-benar tahu sejarah negara mereka sendiri apalagi dengan
adanya sistem wamil (wajib militer). Jadi patriotisme dengan negara sendiri
sangat mendarah daging.
Untungnya
sempet ambil foto ini, dan cuma satu pula. Huhhfff... ini adalah kondisi ter
update tahun lalu ya, alhamdulilah masih terawat dengan baik. Semoga generasi
penerus bangsa abad 21 bisa lebih terbuka pada sejarah dan bisa menghargai para
jasa pahlawan. JASMERAH.
Ohiya seperti yang tertulis di atas bahwa untuk
menuju lokasi benteng, kita harus melewati kebun binatang dan museum yang
berbentuk rumah Gadang.
Pict
di atas, itu di belakang penulis sepertinya museum yang seperti rumah Gadang,
tapi nggk yakin juga sih tapi InsyaAllah bener deh, karena rumah itu berada di
dalam area kebun binatang sebelum ke area Fort De Kock.
Nah
ini adalah jembatang gantung Limpapeh yang menghubungkan area kebun binatang
dengan benteng. Dan di bawah jembatan ini adalah jalan raya. Yang didalam pict
itu adalah seseorang yang sangat luar biasa, beliaulah yang mengajak penulis
bisa mengelilingi daerah Minang secara free guys.. MasyaAllah penulis Cuma bawa
badan aja nih, semua kebutuhan disana beliau yang urus bahkan perihal oleh-oleh
lohh guys .. hikss terharu bangettt pokoknya penulis berdoa untuk beliau semoga
selalu sehat, kuat, dan semoga rezeki mengalir terus seperti aliran sungai yang
deras.
Tuh masih di atas jembatan Limpapeh loh.. keliatan
kan jalan raya nya.. rumah penduduk yang padat karena memang di tengah kota,
terus gunung Marapi yang gagah terlihat betul dari sini.
Nah ini sudah masuk sekitaran benteng Fort de
Kock, tepatnya ada di depan kami guys... kalian lihat slogan yang terpampang
disitu “Menjaga Sopan Santun adalah Budaya Bangsa” penulis setuju bangett,
karena itulah Indonesia ini dikenal dengan negara yang ramah J
Jam Gadang
Jam
Gadang adalah nama untuk menara jam yang terletak di pusat kota Bukittinggi,
Sumatera Barat, Indonesia. Menara jam ini memiliki jam dengan ukuran besar di
empat sisinya sehingga dinamakan Jam Gadang, sebutan bahasa Minangkabau yang
berarti "jam besar".
Jam
Gadang selesai dibangun pada tahun 1926 sebagai hadiah dari Ratu Belanda kepada
Rook Maker, sekretaris atau controleur Fort de Kock (sekarang Kota Bukittinggi)
pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Arsitektur menara jam ini dirancang oleh
Jazid Radjo Mangkuto, sedangkan peletakan batu pertama dilakukan oleh putra
pertama Rook Maker yang pada saat itu masih berusia 6 tahun.
Pembangunan
Jam Gadang menghabiskan biaya sekitar 3.000 Gulden, biaya yang tergolong
fantastis untuk ukuran waktu itu. Sehingga sejak dibangun dan sejak
diresmikannya, menara jam ini telah menjadi pusat perhatian setiap orang. Hal
itu pula yang mengakibatkan Jam Gadang kemudian dijadikan sebagai penanda atau
markah tanah dan juga titik nol Kota Bukittinggi.
Sejak didirikan, menara jam ini telah mengalami
tiga kali perubahan pada bentuk atapnya. Awal didirikan pada masa pemerintahan Hindia
Belanda, atap pada Jam Gadang berbentuk bulat dengan patung ayam jantan
menghadap ke arah timur di atasnya. Kemudian pada masa pendudukan Jepang diubah
menjadi bentuk pagoda. Terakhir setelah Indonesia merdeka, atap pada Jam Gadang
diubah menjadi bentuk gonjong atau atap pada rumah adat Minangkabau, Rumah
Gadang.
Renovasi
terakhir yang dilakukan pada Jam Gadang adalah pada tahun 2010 oleh Badan
Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) dengan dukungan pemerintah kota Bukittinggi
dan Kedutaan Besar Belanda di Jakarta. Renovasi tersebut diresmikan tepat pada
ulang tahun kota Bukittinggi yang ke-262 pada tanggal 22 Desember 2010.
Ukuran
dasar bangunan Jam Gadang yaitu 6,5 x 6,5 meter, ditambah dengan ukuran dasar
tangga selebar 4 meter, sehingga ukuran dasar bangunan keseluruhan 6,5 x 10,5
meter. Bagian dalam menara jam setinggi 36 meter ini terdiri dari beberapa
tingkat, dengan tingkat teratas merupakan tempat penyimpanan bandul. Bandul
tersebut sempat patah hingga harus diganti akibat gempa pada tahun 2007.
Terdapat
4 jam dengan diameter masing-masing 80 cm pada Jam Gadang. Jam tersebut
didatangkan langsung dari Rotterdam, Belanda melalui pelabuhan Teluk Bayur dan
digerakkan secara mekanik oleh mesin yang hanya dibuat 2 unit di dunia, yaitu
Jam Gadang itu sendiri dan Big Ben di London, Inggris. Mesin jam dan permukaan
jam terletak pada satu tingkat di bawah tingkat paling atas. Pada bagian
lonceng tertera pabrik pembuat jam yaitu Vortmann Relinghausen. Vortman adalah
nama belakang pembuat jam, Benhard Vortmann, sedangkan Recklinghausen adalah
nama kota di Jerman yang merupakan tempat diproduksinya mesin jam pada tahun
1892.
Sumber
https://id.wikipedia.org/wiki/Jam_Gadang
Jam
Gadang dibangun tanpa menggunakan besi peyangga dan adukan semen. Campurannya
hanya kapur dan pasir. (MasyaAllah, bangunan setinggi itu hanya dari kapur dan
pasir loh, kalo bukan karena kuasaNya, itu bangunan nggk kan berdiri sampe hari
ini, dan tentunya didukung oleh otak cerdasnya manusia. Jadi inget pepatah
deh.. “Ilmu tanpa Agama Buta, Agama
tanpa Ilmu Lumpuh” jadi keduanya harus sinkron, orang yang berilmu tapi tak percaya pada agama sama saja
berjalan dimuka bumi tanpa arah, kalo muslim tapi tak berilmu sama saja hidup
tak bisa berjalan kemana-mana. Keseimbangan diantara keduanyalah yang akan
meningkatkan taraf Iman di hati kita, Aamiin.
Ohiya, jam gadang ini ternyata dekat dengan
pasar kota dan bisa berjalan kaki menuju benteng Fort De kock tadi loh jaraknya
1 km.
Lokasi di sekitar jam gadang ini dipenuhi oleh
kereta kuda, karena bersampingan dengan pasar sehingga banyak sekali angkutan
kuda alias delman yang parkir di area ini. Ini adalah salah satu ciri khas
daerah yang masih sangat kental dan dijaga oleh masyarakat Minang, walaupun
banyak sekali angkutan modern yang super cepat tapi masih banyak juga yang
menggunakan delman sebagai alternatif angkutan selain sebagai kendaraan juga
sebagai penikmat budaya, seru banget bisa keliling di sekitaran ini menggunakan
kereta kuda (delman).
Panorama Ngarai Sianok
Ngarai
Sianok adalah sebuah lembah curam (jurang) yang terletak di perbatasan kota
Bukittinggi, di kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Lembah ini
memanjang dan berkelok sebagai garis batas kota dari selatan ngarai Koto Gadang
sampai ke nagari Sianok Anam Suku, dan berakhir di kecamatan Palupuh. Ngarai
Sianok memiliki pemandangan yang sangat indah dan juga menjadi salah satu objek
wisata andalan provinsi.
Ngarai
Sianok yang dalam jurangnya sekitar 100 m ini, membentang sepanjang 15 km
dengan lebar sekitar 200 m, dan merupakan bagian dari patahan yang memisahkan
pulau Sumatera menjadi dua bagian memanjang (patahan Semangko). Patahan ini
membentuk dinding yang curam, bahkan tegak lurus dan membentuk lembah yang
hijau—hasil dari gerakan turun kulit bumi (sinklinal)—yang dialiri Batang
Sianok (batang berarti sungai, dalam bahasa Minangkabau) yang airnya jernih. Di
zaman kolonial Belanda, jurang ini disebut juga sebagai karbouwengat atau
kerbau sanget, karena banyaknya kerbau liar yang hidup bebas di dasar ngarai
ini.
Sumber https://id.wikipedia.org/wiki/Ngarai_Sianok
Maaf
ya kok ada kami terus sihh dalam pict nya haha.. (lah terserah yang punya
kamera dong yaa)
Wisata
panorama ngarai sianok, posisi kita lagi di atasnya jurangnya nih.. langsung
terlhat gunung Marapi juga.
Itu
ngarainya seperti yang tertera di atas bahwa sangat luas, bahkan sangat jauh
dari atas. Mungkin kalo mau lompat uji adrenalin yang ada kamu langsung masuk
kubur hha... ohiya dibawah sana juga katanya menjadi tempat pembuangan
mayat-mayat romusha. Lebih jelasnya nanti kita bahas pada wisata berikutnya
ya..
Lobang Jepang
Lubang
Jepang Bukittinggi (juga dieja Lobang Jepang) adalah salah satu objek wisata
sejarah yang ada di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia. Lubang Jepang
merupakan sebuah terowongan (bunker) perlindungan yang dibangun tentara
pendudukan Jepang sekitar tahun 1942 untuk kepentingan pertahanan.
Lubang
Jepang mulai dikelola menjadi objek wisata sejarah pada tahun 1984, oleh
pemerintah kota Bukittinggi. Beberapa pintu masuk ke Lubang Jepang ini
diantaranya terletak pada kawasan Ngarai Sianok, Taman Panorama, di samping Istana
Bung Hatta dan di Kebun Binatang Bukittinggi.
(Nah
kalo pict yang diatas, itu salah satu pintu lobang jepang yang berada di
kawasan ngarai sianok, nah salah satu tembusan ke bawahnya nanti sampai ke
jurang ngarai sianok, disitulah nanti tempat pembuangan mayat-mayat romusha.)
Sebelumnya,
Lubang Jepang dibangun sebagai tempat penyimpanan perbekalan dan peralatan
perang tentara Jepang, dengan panjang terowongan yang mencapai 1400 m dan
berkelok-kelok serta memiliki lebar sekitar 2 meter. Sejumlah ruangan khusus
terdapat di terowongan ini, di antaranya adalah ruang pengintaian, ruang
penyergapan, penjara, dan gudang senjata.
Selain
lokasinya yang strategis di kota yang dahulunya merupakan pusat pemerintahan
Sumatera Tengah, tanah yang menjadi dinding terowongan ini merupakan jenis
tanah yang jika bercampur air akan semakin kokoh. Bahkan gempa yang mengguncang
Sumatera Barat tahun 2009 lalu tidak banyak merusak struktur terowongan.
Diperkirakan
puluhan sampai ratusan ribu tenaga kerja paksa atau romusha dikerahkan dari
pulau Jawa, Sulawesi dan Kalimantan untuk menggali terowongan ini. Pemilihan
tenaga kerja dari luar daerah ini merupakan strategi kolonial Jepang untuk
menjaga kerahasiaan megaproyek ini. Tenaga kerja dari Bukittinggi sendiri
dikerahkan di antaranya untuk mengerjakan terowongan pertahanan di Bandung dan
Pulau Biak.
Sumber
https://id.wikipedia.org/wiki/Lubang_Jepang_Bukittinggi
Pertama
kali masuk lobang yang panjangnya sampai 1.4 km guys.. didalam sana hawanya
dingin, mungkin itu salah satu faktor kita bisa bernafas lama di dalam. Dari atas
menuju dasar itu mencapai 30 meter guys, OMG kebayang nggk naik turun melalui
tangga yang kurang lebih sebanyak 33 anak tangga. Waktu itu pas turun, suasana
yang dingin dan lembab masih segar dan kuat, ehh pas balik naik tangga itu. Sungguh
dedek lemes bang.. haha ketar ketir ini betis, apalagi eneng yang berat ini
bang haha
Itu
adalah gudang senjata guys, disinilah para tentara jepang mengumpulkan
persenjataan dan ruang senjata ini tidak hanya satu tapi lebih dari 5, maafken
resolusi gambar nggk terlalu bagus ditambah gelap.
Salah
satu jalur terowongan yang menuju penjara bawah. Pengalaman kemarin, yang suka
ngelamun mending nggk usah masuk deh yaa.. suasananya hening sunyi hihi
Hayoo
yang mau di penjara di lobang ini, entar kalo udah mati tinggal di buang aja..
rebess... hha
Tuh
ada tulisan pintu pengintaian dimana disitu ada celah, yang celahnya tembus ke
jalan raya. Jadi, tentara jepang akan tahu siapa yang akan lewat atau yang akan
mendatangi mereka seperti mata-mata. Dan orang luar tidak akan tahu karena
lubang celahnya kecil dan tertutupi semak-semak di pinggir jalan. Disini juga
tempat pembantaian parat rakyat yang menjadi romusha jika ingin melarikan diri
atau bertindak diluar tugas dari tentara jepang.
**
Akhirnya
hari ini berakhir dengan keringat yang bercucuran hha, dari pagi bahkan
mentaripun belum tampak di ufuknya, kita sudah berjalan ke kelok 9, kemudian
menyusuri lembah harau, melewati kebun binatang ke benteng Fork De Kock, lalu
Jam Gadang, terus ke Ngarai Sianok dan terakhir menyesuri lobang Jepang hingga
mataharipun sudah tenggelam di barat. Luar biasa banget kan mengelilingi Bukittinggi tanpa ampun, siapa dulu ketua
perjalananan kita Ummi Muadz yang super duper kuat..
Mengucap
syukur walhamdulilah atas nikmat waktu dan kesempatan, ukhuwah serta nikmat
sehat yang selalu tercurah pada kita, jika tidak maka perjalanan ini akan
menjad wacana di dalam kamar masing-masing hha.. betapa IndahNya ciptaanMu
YaRabb.. banyak sekali hikmah jika kita renungkan di setiap ciptaanNya, sungguh
sayang dan cintaMu Ya Rabb pada kami, tapi kami tak sadar
besarnya kasih sayangMu.. jadikan kami umatmu yang bersyukur Ya Allah...
وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦ خَلْقُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفُ
أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَٰنِكُمْ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّلْعَٰلِمِينَ
Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan
warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. (QS. Ar-Rum; 22)
وَمِنْ ءَايَٰتِهِ ٱلَّيْلُ وَٱلنَّهَارُ وَٱلشَّمْسُ وَٱلْقَمَرُ
ۚ لَا تَسْجُدُوا۟ لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَٱسْجُدُوا۟ لِلَّهِ ٱلَّذِى
خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari
maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu
hendak sembah. (QS. Fussilat; 37)
وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنَّكَ تَرَى ٱلْأَرْضَ خَٰشِعَةً فَإِذَآ
أَنزَلْنَا عَلَيْهَا ٱلْمَآءَ ٱهْتَزَّتْ وَرَبَتْ ۚ إِنَّ ٱلَّذِىٓ أَحْيَاهَا
لَمُحْىِ ٱلْمَوْتَىٰٓ ۚ إِنَّهُۥ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Dan di antara tanda-tanda-Nya (Ialah)
bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di
atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang
menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Fussilat;39)
Maha Benar Allah Dengan Segala
Firman-FirmanNya... Aamiin
Tiap sudut sumatera barat dinarasikan dengan keren...🤗
ReplyDeletethanks ya ;)
Delete