Sunday, January 11, 2015

Part #6 Kedekatan yang Tak Terduga (skenario اَللّهُ itu indah)



Ting..tong..tang..teng... Ting..tong..tang..teng... Ting...............
"Astagfirullahaladzim..." Celingak celinguk mencari sumber suara yang memekakkan gendang telinga itu. Ternyata alarmku dan kulihat jam berapa sekarang.
"Hahh...???? Ohh.. Tidakkkk!!!!! Aku kesiangan..." Spontan aku berteriak setelah melihat jam di handphone tertera pukul 05.45.
Segera berhambur keluar kamar, tak mempedulikan lagi bentuk penampilanku, langsung berlari menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu. Akhir-akhir ini, aku sering kesiangan gara-gara begadang sampai pagi karena tugas-tugas kuliah, apalagi MPA buat proposal yang menguras otak, yang penelitiannya tak kunjung usai, karena tak ada kejelasan bahan dan informasi yang di dapat dari tempat yang diteliti itu.
Tak lupa kupanjatkan do'a di akhir sholatku, memohon ampun atas kelalaianku. Ku minta kepadaNya, kelancaran dan kemudahan atas kuliah dan kerja dakwahku. Kepala jadi pusing karena terburu-buru bangkit dari tidur, kupegang perut seperti ada yang berbuat sesuatu didalamnya sehingga mengeluarkan suara-suara gemuruh.
"Oh, lapar!!!" Baru ingat, semalam aku tidak makan, bahkan tidur baru jam 03.00 dini hari. Ku lihat disekelilingku, kertas-kertas berhamburan dimana-mana. Kulihat tanganku masih berbekas tinta hitam. Aku memegang kepalaku yang berat dan tertunduk dengan mukena masih terselubung ditubuhku.
Setelah merasa cukup bermuhasabah, aku beranjak dari tempat sholatku kemudian membuka jendela, seketika udara segar dapat langsung terhirup hingga terasa masuk ke rongga paru-paru. Di kamar yang seluas 2x3 itu, aku berbagi tempat dengan seorang teman seangkatan jurusan teknik kimia namanya piyul.
"Kemana dia, huffh pasti dia sedang mandi" bergeming sendiri, masih berdiri di depan jendela yang menghadap langsung ke rusunawa putri. Piyul seorang akhwat yang rajin belajar, setiap malam hanya melihat dia fokus di meja belajarnya, memang semester ini cukup menyita waktu, tugas seakan-akan menggunung di tambah kerja-kerja dakwah yang menunggu.
"Krekk..." Pintu dibuka dari luar.
"Piyul, kenapa kau tidak bangunkan aku, aku jadi kesiangan sholat nahh" dia yang baru datang langsung kusuguhi pertanyaan kesalku.
"Sudah, la berulang kali aku mencoba membangunkan kau, sudah kusenggol badan, kaki, tapi tetep kau dak begerak. Tiduk seperti orang mati saja. Jam berapo semalem tiduk tuh ??" Seloroh ia menjawab dengan kesal pula.
"Hehe,,, iyo sih, jam 3 tadi, kau kurang kuat nyenggol aku, sekali lagi kuat-kuat sampe bangun" garuk-garuk kepala yang tak gatal, sambil tersengeh malu. Memang, ketika badan sudah capek, aku tidak bisa merasa dan mendengarkan apapun, bahkan bisa tidur dengan posisi yang sama seperti awal tidur, tidak bergerak sama sekali seperti orang mati.
"Gorengan... nasi uduk... lontong...." Suara teriakan khas ibu penjual gorengan yang setiap pagi mengelilingi setiap kamar di asrama ini, setelah selesai berkeliling disini, ibu penjual gorengan akan lanjut berkeliling di rusunawa yang lima tingkat itu. Terkadang aku salut juga, setiap hari berjalan berkeliling dari lantai satu sampai lima bawa keranjang gorengan yang besar, berat kiri dan kanan.
"Nah,, itu gorengan. Pas nian perutku la keroncongan, kau nak gorengan dak yul?" Telinga ini langsung peka kalau mendengar ibu gorengan, raut wajah jadi bahagia karena suara gemuruh di perut ini  bisa segera di bungkam. Ku tawarkan pada piyul, bukan berarti aku akan mentraktirnya, kami tetap bayar sendiri-sendiri, kami sadar bila mengenai ini adalah urusan masing-masing kecuali salah satu dari kami meminta langsung, itu artinya kantong benar-benar limit, maklum mahasiswa bidik misi yang tergantung dari turunnya beasiswa.
Hampir setiap pagi, diri ini mengkonsumsi gorengan, jikalau tidak sarapan di asrama maka sarapan di kampus. Kalau di kampus sarapannya sekitar jam 11an, sudah hampir memasuki makan siang sehingga terkadang makan pagi merangkap makan siang. Inilah realita mahasiswa yang jauh dari keluarga, apalagi diri ini yang tidak terlalu memperhatikan gizi dan kesehatan, yang penting ini perut tidak bunyi lagi saja sudah cukup. Tapi tidak semuanya seperti aku, masih ada bahkan banyak mahasiswa yang memperhatikan dirinya dengan memasak sendiri di kost. Jangan tanya aku jika urusan masak dan memasak. Bukannya tidak bisa, tapi malas dan kelemahanku selalu lupa bahan apa saja untuk meracik suatu masakan, kalau dirumah ada ibu yang selalu mengingatkan dan sebagai tempat bertanya. Aku mau masak kalau ada ibu yang mendampingiku, bahkan itu sudah jadi rutinitas tiap pagi dan siang kalau sudah di rumah. Tapi jika di asrama, semua alat dan bahan tidak memadai, apalagi di kamar sudah penuh dengan barang-barang meja, kursi, kasur dan sudah  syukur cukup untuk diisi orang dua.
Terkadang teman-teman mengejekku karena tidak mau masak apalagi ikhwan yang selalu menyindir jika ada agenda, maunya akhwat yang masak. Memang mudah kalau bicara, tidak tahu susahnya mencari alat dan bahan yang digunakan untuk masak. Soal ini juga sering dibahas oleh ibu di rumah, "kenapa tidak ingat-ingat kalau masak, kalau masak itu di hapalin apa saja bahannya", walaupun begitu tetap saja ibu menjawab apa-apa saja yang kutanya.
Tapi, berbeda hal bila memasak adalah suatu hobi, dalam keadaan apapun susah ataupun senang, pastilah orang tersebut akan tetap memasak apapun keadaannya, karena itu adalah kehobiannya. Masalahnya sekarang masak bukanlah hobiku, jika dirumah aku melakukannya karena suatu tuntutan dan kewajiban, bila di luar hal itu sangat aku hindari, aku lebih suka mengerjakan sesuatu yang bersifat administrasi atau yang mengatur dan merancang suatu kegiatan.
Beberapa hari setelah agenda ILT, hari-hariku disibukkan dengan tugas-tugas kuliah dan acara penguatan kader. Sudah ada rancangan juga tentang agenda besar syiar yaitu KKD. Sudah mulai dirancang sedini mungkin untuk meminimalisir kesalahan ataupun kekurangan di lapangan.
Setiap jumat siang, jadwalku mengisi mentoring adik maba, aku mengisi 13 mahasiswi sosiologi. Sebenarnya aku mengakui akan kekuranganku, aku belum bisa maksimal mengisi mentoring dan juga belum mahir dalam menyampaikan sesuatu yang bersifat keagamaan, yang harus punya dasar kuat karena apabila bicara tentang agama semuanya berkaitan dengan Al-Quran dan Hadist Rasul sedangkan aku masih jauh dalam memaknai apalagi hapal hadist. Aku mentrasfer ilmu yang kudapat selama aku belajar di waki kepada mereka, sesekali berupa pengalamanku sendiri yang bisa diambil hikmahnya. Atau hanya sekedar bermain games dan curhat tentang masalah kuliah atau pribadi masing-masing mente, agar bisa lebih akrab dan mengenal satu sama lain.
Di akhir bulan september ini jadwalku penelitian lagi, kami penelitian di Badan Persampahan dan Kebersihan Kota (BPKK) Pemda OI. Kelompok penelitianku berjumlah 9 orang yaitu Mona, Sari, Mala, Ninsih, Dika, Fendi, Danu, Jayak dan aku. Kami berasal dari satu konsentrasi yang sama yaitu Kebijakan Publik.
Di tengah teriknya mentari, kami sepakat untuk pergi penelitian, ini kunjungan yang ke sekian kalinya, aku serta teman wanita lainnya pergi naik angkutan umum menuju tempat penelitian sedangkan rekan yang laki-laki menggunakan motor mereka masing-masing. Ini pertama kalinya aku penelitian langsung ke sebuah lembaga negeri, suatu kesempatan untuk melihat secara real bagaimana pegawai negeri melakukan tugasnya, dengan kabar burung yang tersebar bahwa pegawai negeri tidak melakukan pelayanan sebaik pelayanan pegawai swasta.
Ketika sampai disana, terlihat di depan gedung sudah bertengger motor rekan kami tadi, itu artinya mereka semua sudah sampai lebih dulu. Kamipun langsung masuk kedalam dan memang benar mereka sudah duduk di ruang tamu bersama bapak sekretaris. Ia menceritakan kalau kami boleh mewawancarai kepala bidang yang ada disini. Setelah selesai dengan kepala bidang, kami diperbolehkan menemui beliau.
Tak ada yang istimewa disana, hanya pegawai yang hilir mudik kesana kemari entah apa yang mereka kerjakan. Pegawai yang hampir kebanyakan diisi oleh TKS (Tenaga Kerja Sukarela) yang masih muda-muda. Sedangkan kepala bidang diisi oleh bapak-bapak yang sudah berumur yang mungkin sebentar lagi pensiun. Rambut sudah memutih, bicara pun sudah agak mengawur. Mungkin karena orang yang dianggap tua di kantor, maka tak ada yang berani menegur beliau yang ketika itu merokok di dalam ruangan full AC, ketika dilihat di ruangan sebelahnya ternyata sama saja, sepertinya sudah menjadi kebiasaan. Padahal sudah ada pernyataan dilarang merokok di ruangan AC.
Berbincang dengan salah satu aparat negeri ini layaknya berbincang dengan tukang model di warung santai. Bahkan udara didalam ruangan itu menjadi sesak seperti mencekik leher karena asap rokok yang tersebar. Melihat semua realita itu, niatku ingin jadi pegawai negeri menjadi surut, setiap jam dilewati begitu saja, tak ada kerja yang serius dilakukan atau jadi tantangan, aku tak ingin waktuku habis seperti ini, ingin melakukan sesuatu yang spektakuler yang mengeluarkan keringat karena berpikir dan bergerak.
Dalam hatiku, mungkin kerja di kategori wilayah tingkat tinggi seperti di ibukota, mungkin saja tak ada lagi waktu untuk bersantai, seperti di Istana ataupun di kementerian, aku harus mencapai tingkat itu, tapi aku juga harus melewati fase di bawah seperti yang kulihat seperti sekarang ini.
Memang tak ada yang mudah untuk mencapai suatu kehidupan yang layak, penuh dengan perjuangan dan pengorbanan, apalagi mengandalkan kemampuan sendiri dan bergantung pada yang Maha Kuasa. Penuh cobaan dan ujian yang membuat iman naik dan turun, ketika bisa melewati itu maka akan terasa manis dan semakin percaya diri dan apabila tak bisa melewatinya maka kita akan diuji dengan hal yang sama sampai kita bisa melewatinya.
Di penghujung bulan September ini, hubunganku dengan teman-teman satu kelompok penelitian semakin dekat, terutama dengan Mala dan Dika. Kami berkumpul di depan ruang baca Fisip, sambil duduk-duduk santai membahas bagaimana kelanjutan penelitian ini. Sesaat aku termenung melihat wajah Mala yang kini semakin adem dilihat, dia semakin menawan dimataku, mungkin karena dia sudah memakai hijab syari. Iya, syari. Seminggu sesudah ILT waktu itu, malam itu aku  dapat sms dari Mala.
"Lyn, besok jangan kaget ya, aku mau nunjukin sesuatu yang buat kau kaget nantinya" sms Mala yang membuatku deg-degan seperti mau dapat kejutan dari si do'I.
"Hah? Apaan? Jangan macam-macam ya. Kejutan apa sih? Besok kan bukan ulang tahunku hehe" kubalas dengan rasa penasaran, kupikir dengan seksama, sesuatu apa yang bisa buat aku kaget.
Hmm,, bila diingat-ingat Mala beberapa hari terakhir sudah tidak pakai jeans lagi, ia selalu pakai rok. Dan bajunya pun sudah agak mulai longgar. Kali ini apaan ya?? "Ahahhh!!!!! Aku tahu, pasti dia pakai hijab dua lapis dan lebar" yang terlintas dalam benakku. "Tapi tidak mungkin ahh, begitu cepatnya dia berubah pikiran, tapi siapa yang tahu sih, kan hidayah اَللّهُ ada di tanganNya" tepis ku, agar aku tak banyak menghayal kejutan apa yang ia siapkan besok.
Keesokkan harinya, sengaja aku datang lebih pagi biar tidak didahului Mala. Ku tunggu ia di depan Mushola tercinta. Sudah mau masuk kelas tapi batang hidungnya belum juga keliatan. Dari kejauhan, kulihat ada seorang wanita yang berjalan ke arahku, mataku tak jelas melihat wajahnya, tapi kutahu ia tersenyum malu ditutupi dengan kedua tangannya. Semakin dekat dan semakin jelas, ternyata...
"Hahhh.... Malaaaa... Seriuss ini dikau...!!! Ya اَللّهُ, Masya اَللّهُ... Cantiknyaaa, coba dari dulu kayak gini hehe" histeris, langsung berdiri dari semulanya aku duduk, kuhampiri dia dan seakan tak percaya, kusentuh dia untuk meyakinkanku bahwa ini bukan mimpi.
Dia putar tubuhnya layaknya princess sedang mencoba gaun baru.
"Gimana bagus dak?? Rapi dak?? Malu aku hehe" selorohnya meminta pendapatku apakah sesuai dengan tubuhnya itu.
"Bagus kok, pas, nah kalo gini kan enak lihatnya, jadi adem, keluar deh aura pesona anggunnyo" kata-kata pujian langsung keluar dari mulutku. Memang tak disangkal lagi, dia lebih manis dan cantik dibandingkan yang kemarin, aura gadisnya semakin terlihat. Itu dalam pandanganku, yang lain mungkin merasakan hal yang sama dengan apa yang kurasakan.
Puji syukur kupanjatkan kepada Sang Kuasa yang membolak-balikkan hati manusia sedemikian rupa. Mudah bagiNya untuk melakukan sesuatu yang di luar batas pikiran manusia. Dalam sekejap, Mala sudah menjadi wanita muslimah yang syari walau baru dari segi penampilan tapi insyaAllah yang lain akan segera mengiringi jejak langkah hijrahnya ini.
"Hehh,, Lyn ??? Melamun aje lu.. Apa pendapatmu tentang ini?"
Sontak aku dikagetkan dengan teguran si Dika.
"Hah? Iya.iya aku sih nurut aja, mana bagusnya Dik"
Mengeles sebisa mungkin, padahal aku tak mendengar apa yang mereka diskusikan karena melamun tentang Mala tadi.
Dika adalah ketua kelompok penelitian ini, kami semua percaya akan kemampuannya memimpin sehingga kami semua sepakat memilih dia sebagai ketua. Pandanganku kini beralih ke Dika, aku pun punya cerita tentang dirinya, yang membuat hubungan kami menjadi lebih dekat seperti ini.
Di awal semester empat lalu dimulainya kedekatan aku dan Dika, waktu itu pada malam hari, tiba-tiba ada yang sms.
"Assalamualaikum, Lyn, lagi sibuk apa? Aku mau nanya boleh?" Itu bentuk awal sms nya, tapi tidak ada nama kontaknya, mungkin aku lupa simpan nomornya.
"Waalaikumusalam, ini siapa ya?"
"Ini Dika, Lyn. Boleh  Tanya nggak?"
"Oh, Dika. Boleh. Mau tanya apa?"
Kaget ketika yang sms adalah Dika, itu anak orangnya pendiam di kelas sama hal nya dengan aku, kami pun belum pernah bicara atau ngobrol layaknya teman lainnya. "Tumben, ini anak sms. Mau Tanya apa ya dia" gemingku dalam hati. Balasan pesannya pun agak lama, sehingga semakin penasaran apa yang ingin dia tanyakan.
Drett.drett.drett..
Getar handphoneku yang terdengar keras karena tak jauh dari telinga ini, karena posisinya aku lagi tidur-tiduran di lantai sambil berbincang-bincang dengan piyul. Kubuka pesannya, sontak langsung duduk dan tertawa setelahnya.
"Iya Lyn, aku mau tanya, bagaimana kau bisa dapat ipk besar? Gimana cara kau belajar Lyn? Selama ini aku perhatikan kau di kelas, kau biasa-biasa saja, aku tak menemukan sesuatu yang waw dalam dirimu haha.. kok bisa sih, ajari aku woo.. "
Bagaimana aku tidak kaget dan tertawa. Bagai disambar petir, ada yang berani jujur seperti itu kepadaku. Dia yang jarang bicara denganku tiba-tiba dengan beraninya bilang seperti itu.
"Hahaaaa..."
Sampai sakit perut aku tertawa berputar-putar di lantai seperti gasing. Sampai piyul melihatku dengn pandangan aneh dan kesal, karena suaraku pasti mengganggu konsentrasi belajarnya. Setelah cukup lama, puas dengan tertawa. Berpikir sejenak dan menghayati sms darinya.
"Oh,, ternyata selama ini dia memperhatikan aku. Astaga, jadi malu aku. Tidak ku sangka, aku yang seperti ini saja ada yang memperhatikan, padahal sudah sebisa mungkin tidak ingin menonjol dan mencoba menutupi ipk ku itu. Berarti dia kepo dong, haduhh.”
“Dia  tidak bisa lihat senjata rahasiaku, kalau dia hanya berpacu pada ke-aktifan di kelas, seperti sering bertanya ke dosen. Aku jarang bertanya, kecuali ada hal yang tidak bisa dicari di mbah google, baru aku bertanya pada dosen bersangkutan. Padahal penilaian itu bukan semata-mata karena sering bertanya, tapi bagaimana kita bisa berhasil pada tugas, kuis, mid dan yang paling penting adalah uas" berbicara pada diri sendiri sambil memikirkan jawaban apa yang akan kubalas pada pesan teks ini.
"Hahaa,, kau ini Dik. Kukira apaan yang ingin kau tanyakan.. Ipk besak bukan semata-mata di dapat oleh aktif di kelas. Satu kunci yg pasti adalah aku mencoba untuk jujur pada diriku sendiri, apabila ada tugas atau uas, aku akan mengerjakannya sendiri dan pastinya sudah belajar seoptimal mungkin dari jauh-jauh hari. Disertai dengan do'a agar dimudahkan dan mencoba untuk tetap konsisten dengan sholat tepat waktu plus solat malam Dik. Tapi, syukur kalau kau tidak menemukan sesuatu rahasia itu dalam diriku, karena itu tidak bisa dilihat dari luar, itu kekuatan dari dalam. Kau jangan tanya sama aku seorang, kau juga harus tanya sama yg lain, di kelas kito banyak yang ipk nyo besak, bukan aku be kok."
Sebisa mungkin aku balas dengan menyertakan kuasa tuhan di dalamnya, sebenarnya agak sedikit tausiyah bahwa yang kudapat bukanlah semata-mata karena diriku sendiri tapi karena اَللّهُ. Aku berharap semoga dia mengerti akan maksud rahasia dari kata-kataku itu.
Dreett.drett.drett
Secepat mungkin aku buka layar handphone, tidak sabar apa tanggapannya dari jawabanku tadi.
"Oh,, gitu... Iya padahal aku juga sudah belajar semaksimal mungkin, tapi masih jauh dari kau. Aiihh pokoknya nanti aku akan kalahkan kau, aku akan belajar dan usaha lebih giat lagi haha, apolah rahasia itu Lyn"
Mulutku terngangah begitu saja, dia belum maksud akan jawaban kunci tadi bahwa sholat, kejujuran dan percaya diri adalah kuncinya. Tapi, aku sedikit lega karena bisa menjadi penyemangat orang lain untuk lebih giat lagi dalam belajar. Bahkan dia dengan beraninya menantangku bahwa dia bisa mengalahkanku. Ku anggap itu sebuah bentuk awal persahabatan kami. Malam itu kami sharing satu sama lain dan saling menguatkan untuk hasil semester depan.            
Sejak itulah, kami jadi sering berkomunikasi baik lewat media sosial maupun bertemu secara langsung di kampus. Seperti sebuah takdir yang sudah digariskan, sejak saat itu, kami sering satu kelompok tugas bersama, sering mengobrol tentang tugas-tugas kuliah bahkan sering membantu jika salah satu diantara kami yang tidak bisa atau tidak mengerti penjelasan dari dosen.
Memang اَللّهُ yang menjadi sutradaranya dan kami hanya sebagai aktornya saja. Ketika dulu kami tidak mengenal satu sama lain, tidak mencari satu sama lain, sampai-sampai baru sekarang aku tahu dan sadar bahwa ternyata Dika teman satu PA ku dengan bu lili. Ya اَللّهُ, kemana saja aku selama ini, baru semester enam aku menyadari itu, karena aku merasa tak pernah melihat dia selama bimbingan dengan bu lili, akupun tidak mencari-cari tahu siapa saja teman se-PA, yang aku tahu hanya Fendi dan Danu, mereka satu genk dengan Dika. Aku lebih dulu akrab dengan Fendi dibanding dengan yang lainnya dalam satu genk itu. Ternyata jarak kami begitu dekat tapi kami tidak mengetahui bahkan kemarin-kemarin tidak saling mengenal sampai-sampai se-PA pun tak tahu.
Kini aku menikmati bagaimana takdir اَللّهُ mempertemukan kami, sekarang kami menjadi sahabat yang bisa menjadi tempat bernaung berbagi kisah duka dan suka. Saling membantu, bahu membahu selagi bisa. اَللّهُ maha besar pemilik arasy yang mengetahui akhir dari skenario ini.

Canda tawa menutup kegiatan ILT pada hari ini, seakan terlepas dari semua beban. 

Friday, January 9, 2015

Part #5 Dapat Buah Manis Setelah Keluar Keringat yang Pelik (اَللّهُ itu Adil)


Aktivitas perkuliahan berjalan seperti biasa setelah PK2 berakhir seminggu yang lalu. Udara panas kian mengerang menjelang siang tiba, rumput-rumput mulai mengering, dedaunan mulai berguguran dan berserakan dimana-mana. Musim panas kali ini, benar-benar terasa panasnya, bukan hanya manusia bahkan makhluk hidup lainnya pun merasakan dampaknya. Gersang, debu-debu beterbangan terbawa angin hingga mengenai apapun yang ada disekitarnya. Bila pulang dari kuliah, tak jarang sepatu ini sudah memutih karena debu yang lengket. Wajah yang gersang, keringat bercucuran ditandai dengan basahnya bagian-bagian tertentu yang terlihat dari luar dan menjeplak di baju. Itulah gambaran mungkin sebagian mahasiswa yang jika kembali dari kampus menuju rusunawa ataupun asrama dengan berjalan kaki menyusuri langkah demi langkah dengan rute yang sama.
Entah apa yang mereka lakukan selama berada dalam lingkungan perkuliahan, tak ada yang mengetahui dengan pasti. Tapi raut wajah yang berbeda setiap kali melihat satu persatu bahkan berbondong-bondong menuju rusunawa pada sore hari. Ada yang ceria bercerita dengan teman disampingnya sambil berjalan menyusuri jalan setapak itu. Ada pula yang sendiri-sendiri, sambil mendengarkan lagu favorit atau radio kesayangan melalui earphone sambil lalu tanpa menghiraukan keadaan disekitar hingga sampai pada tujuannya. Ada juga raut wajah yang lelah, terkadang terlihat kesal, dongkol maupun marah, atau apapun itu tapi pasti ada sesuatu yang membuat hatinya risau terhadap apa yang terjadi dikampus yang mungkin belum memuaskan hati. Semuanya itu warna-warni kehidupan realita mahasiswa yang kulihat hampir setiap sore di ujung jalan ini.
Setelah aktivitas menyambut mahasiswa baru telah usai dengan baik, kerjasama antara panitia mahasiswa maupun dari pihak birokrat Fisip berjalan dengan semestinya. Kini saatnya setiap ormawa maupun BO menyiapkan sambutannya masing-masing dan membuat strategi agar mahasiswa baru tertarik akan organisasi yang sedang digeluti saat ini.
Begitu pun dengan Waki, salah satu BO di Fisip, yang kebetulan bagian merekrut ataupun masalah pengkaderan anggota baru adalah amanah yang berada di pundak ini. Sehingga setelah disibukkan dengan PK2, saatnya untuk menyiapkan OR Waki beserta ILT (Islamis Leadership Training) atau yang biasa dikenal dalam suatu organisasi disebut dengan istilah LDO (Latihan Dasar Organisasi).
Minggu pertama di bulan September adalah jadwal dibukanya Open Recruitment untuk anggota baru. Jauh-jauh hari aku dan Muhammad beserta anggota yang lain sudah melakukan rapat atau yang biasa kami sebut dengan Syuro', kami begitu gesit dan cekatan dalam mempersiapkan agenda ini, dimana inilah awal untuk menilai apakah syiar yang kami lakukan selama PMB dan PK 2 kemarin berhasil atau tidak.
Hari pertama OR dimulai, dimana kami membuka posko di depan mushola tercinta, pagi-pagi sekali aku datang dengan setumpuk berkas, semua bahan registrasi OR berada dalam berkas yang kubawa termasuk punya Ikhwan. Semangat pagi merasuk dalam relung jiwa dan tubuhku, bersemangat bahkan bisa dua kali lipat dari biasanya. Bangun sangat pagi, bahkan dengan waktu tidur yang cukup larut karena menyiapkan seluruh berkas yang akan dibawa dengan mengandalkan Mr. Brown dan Mr. Black yang untungnya pada malam itu sedang dalam keadaan baik nggak neko-neko hingga seluruh berkas dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Wajah sumringah, bahkan berjalan pun agak berlari-lari kecil karena tak sabar untuk cepat sampai kekampus pink tercinta. Embun pagi menyapa, sinar mentari yang malu-malu sembunyi dibalik awan, udara pun terasa sejuk serta semilir angin yang berhembus membasuh relung jiwa.
Sepi, tapi lumayan banyak Maba yang biasanya kuliah di awal-awal sangat rajin datang ke kampus di pagi hari. Segera bersiap, menyiapkan segala keperluan baik meja registrasi serta form-form yang akan dibagikan nantinya. Setelah semuanya terasa sudah cukup, sambil menunggu akhirnya kugerakkan tangan dan kaki ini untuk menyapu dan membersihkan tempat kecil ini yang setiap hari digunakan untuk menyembah Tuhan Semesta Alam. Dari dalam hingga ke teras yang paling luar, setelah semuanya tersapu bersih, satu persatu orang-orang mulai duduk-duduk dipinggiran mushola, ada yang menunggu, ada yang sengaja duduk-duduk sambil bergurau dengan teman-temannya.
Ku intip ke sebelah tempatnya Ikhwan, seperti ruangan yang jarang ditunggu, dan memang jarang Ikhwan untuk datang pagi sambil membersihkan Mushola. Tapi pernah suatu kali, di pagi hari ternyata di tempat Ikhwan sudah ramai, mungkin pada hari itu jadwal kuliah banyak di pagi hari.
Fitri pun yang dari palembang sudah tiba dan kini menemaniku menjaga posko ini. Seperti hal nya sebuah barang yang dijual diskon, langsung di serbu oleh pembeli-pembeli yang merasa ingin membelinya. Begitu pula pada hari pertama ini, bahkan belum sampai siang hari, formulir pendaftaran sudah banyak yang terisi. Mereka antusias mendengarkan, mereka berasal dari semua golongan, bahkan yang belum berhijab pun mereka percaya diri, bertanya ini dan itu tentang waki yang pada akhirnya mereka terpesona hingga berani mengisi form yang kami berikan. Sepertinya syiar yang kami galangkan, usaha dan pelayanan yang kami berikan, semua ongkos serta budget yang kami keluarkan, hingga keluar keringat yang bercucuran  karena bulan puasa ditambah teriknya mentari pada saat PMB dan PK2 kemarin, kini membawa berkah bahkan kami bisa merasakan manisnya bagai mendapat buah yang manis setelah upaya sungguh-sungguh hingga mengeluarkan keringat yang pelik.
Semuanya berkumpul, sahabat yang lain pun mulai meramaikan mushola dengan canda tawa mereka, ngobrol ini itu serta menjelaskan dari awal apa itu waki kepada calon-calon anggota yang sudah mengisi form. Tapi berbanding terbalik dengan yang disebelah (read: Ikhwan), walau tak seramai dengan yang akhwat tapi lumayan perlahan-lahan ada yang mendekat. Ketika melihat situasi yang jauh berbeda seperti ini, seakan ada rasa bangga tersendiri dimana akhwat jauh lebih sukses dibandingkan yang ikhwan, tapi di sisi lain merasa sedih dan bersalah, kenapa bisa terjadi ketidaksinkronan antara keduanya. Untuk menyeimbangi hal ini, kami yang akhwat sudah membuat suatu plan bahwa kami juga akan menarik yang ikhwan, berbaur dengan Maba laki-laki siapapun itu. Dan ternyata plan itu membuahkan hasil, dimana ada adik laki-laki yang kutolong waktu PMB, terlihat ia sedang mendaftarkan dirinya ke dalam wajihah ini. Walau tak sebanyak yang akhwat, tapi bahagianya tak bisa diungkap dengan kata-kata. Entah apa alasan adik laki-laki itu, tapi itu cukup menutupi rasa bersalahku yang mungkin karena koordinasiku dengan sang partner  yang tak seimbang.
Waktu bergulir seirama, di ikuti perputaran bumi pada porosnya, silih berganti, siang dan malam, semuanya bergerak seirama bertasbih kepada sang pencipta dengan caranya masing-masing yang sudah di atur sedemikian rupa. Tak ada yang mengetahui bagaimana mereka bertasbih, hanya Tuhan pemilik jagat raya inilah yang mengetahui seluk beluk, luar dalam, sesuatu yang tersimpan dibalik rahasia yang sangat rahasia sekalipun. Kini roda waktu terus berputar yang tak pernah akan bisa mundur, setiap jengkal akan terasa sia-sia bila tak di iringi dengan rasa syukur. Sudah seminggu berlalu dari pembukaan OR, kini sudah ada hasil yang kami dapatkan sebagai tolak ukur dari hasil jerih payah yang kami lakukan sejak awal PMB. Untuk pendaftar yang ikhwan plg-laya kurang lebih 50 orang sedangkan yang akhwat plg-laya kurang lebih ada 100 orang. Masya اَللّهُ , Allahu Akbar, Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?, tak ada yang sia-sia selagi kita melakukannya dengan sungguh-sungguh disertai keikhlasan. Hingga target yang kami targetkan sejak awal bahwa jumlah pendaftar nanti berjumlah 150 orang dan kini terwujud sudah, walau ini baru pendaftar yang belum sah menjadi anggota, tapi sudah cukup untuk membalas jerih payah yang kami lakukan, karena pastinya kami tahu tak sedikit banyak yang akan berguguran di jalan dakwah ini.
Terlebih yang membuat diri ini makin bersemangat menjalankan aktivitas yang menyita waktu dan tenaga ini, bahwa temanku Mala (satu angkatan denganku) akhirnya bisa menyingkirkan rasa gengsinya sehingga ia memberanikan diri untuk mendaftar waki dan berkomitmen untuk hijrah menjadi muslimah yang lebih baik selama menjadi anggota waki. Masya اَللّهُ, ini yang membuatku terharu dan memang benar salah satu firman اَللّهُ,
"Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi ALLAH telah mempersatukan hati mereka, Sesungguhnya DIA Maha Gagah lagi Maha Bijaksana. (QS. Al Anfal: 63)
Aku percaya bahwa hati kami sekarang sudah disatukan oleh sang pemilik Hati, jujur saja aku sudah mendekatinya dari semester pertama ketika aku sudah berkecimpung di waki dengan cara-cara sesuai batas optimal kemampuanku untuk mengajak beliau mengikuti jejak langkah yang sedang aku jalani ini. Tapi kemarin-kemarin tanggapan ataupun respon beliau tidak ada yang menandakan keinginan untuk bergabung, aku hanya bisa berusaha dan kini usaha ku dibalas oleh sang Maha Pembalas setelah usahaku selama dua tahun belakangan ini. Kini Mala temanku itu, semakin dekat denganku, ia bersemangat ingin mengikuti ILT walau masih tetap harus di motivasi agar ia tidak minder dengan adik tingkatnya serta penampilannya yang belum syar'i tapi aku yakin perlahan-lahan Islam akan membasuh hati dan jiwanya hingga ia menemukan jati dirinya sebagai seorang muslimah. Aamiin.
19 september, hari bersejarah bagi yang akan memulai meniti jalan dakwah, mereka yang benar-benar tulus untuk me-refresh diri dengan sesuatu yang bernama Islam, -memang mereka semua adalah umat islam, tapi sulit untuk menemukan orang-orang yang benar-benar mengamalkan Islam di kehidupan yang nyata sehari-hari bukan hanya sekedar status ktp-. Jumat barokah, yang selalu dinantikan oleh umat muslim yang bertaqwa, yang mungkin dirindukan oleh kaum laki-laki. Indahnya hari ini, karena begitu sibuknya menyiapkan segala keperluan untuk ILT, kegiatan ini diselenggarakan di Ponpes Ar-Rahman Jakabaring dimana tempat ini juga tempat ILT tahun 2013 kemarin. Sebenarnya banyak tempat lain yang lebih memadai dibandingkan ini, tapi tak ada yang lebih luas dan nyaman selain Ponpes ini dikarenakan jumlah peserta yang membludak serta jumlah panitia yang juga tak kalah banyak.
Pukul empat sore, semua calon anggota baru diperintahkan untuk kumpul di depan Unsri baik yang ikhwan maupun akhwat. Setelah ashar, aku bersiap mengumpulkan apa saja yang akan dibawa untuk tiga hari kedepan, tak banyak yang kubawa karena berkaca dari kegiatan-kegiatan sebelumnya selain pakaian ganti dua setel, alat mandi, dan pembersih muka. Semuanya lengkap kecuali alat kecantikan (haha),  bagian ini yang selalu di protes ibuku, "anak gadis kok malas ngerawat diri, mempercantik diri, bahkan nyisir rambutpun malas -_-" celotehan ibu yang sering ia lontarkan kala aku di rumah. Aku tak tahu kenapa, bagian ini tak membuatku tertarik, selama muka bersih dari debu dan badan bersih karena mandi semuanya terasa sudah cukup, yang lain masa bodoh. Pernah suatu kali aku beli minyak wangi ala-ala gadis modern jaman sekarang, yang bahkan dipilih oleh sang adik, dipakai hanya mau pergi keluar saja dan itupun kalau ingat. Alhasil itu minyak wangi nggak habis-habis sampai kadaluarsa. (Haha). Tapi aku sadari itu kebiasaan yang tidak bagus apalagi anak gadis, suatu saat nanti mungkin aku akan berubah hehe. Kalau saja aku nggk pakai kerudung, mungkin aku sudah jadi gadis tomboy yang pendiam (emang ada tomboy pendiam, ini versi penulislah karena ia hanya tomboy dalam penampilan saja, hati dan segala perangkatnya masih cewek asli), astagfirullah. Tapi untungnya Tuhan maha Penyayang masih menyayangi hambanya yang satu ini, karena aku dimasukkan di Unsri sehingga harus menepati janjiku padaNya, bahwa jika lulus di Unsri, aku janji untuk pakai hijab, dan اَللّهُ mempertemukan aku dengan kakak dan mbak yang memotivasiku untuk bisa hijrah seperti sekarang ini. الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
Lanjut, setelah sudah siap semua, segera aku melangkahkan kaki keluar asrama menuju rusunawa yang disebelah asrama untuk menjemput adik-adik waki 2013 yang sekarang mulai aktif, ada Anis, Eni, Eli, Vina dan Yani. Ketika sampai di kamar Anis, mereka menyuruhku untuk duluan saja, karena masih ada yang belum dipersiapkan, sambil menunggu adik-adik Maba yang tinggal di Asrama maupun Rusunawa. Baik, aku turuti apa kata mereka, dan memang benar adik maba harus ada yang menghandelnya. Sedikit pesan untuk mereka, jangan lama-lama telatnya.
Walau sendiri, tapi tak menyurutkan langkah ini untuk melangkah ke depan. Di perjalanan, ini handphone tak hentinya berdering, kuhentikan langkah kaki dan kulihat sejenak, apa dan siapa yang dari tadi mengirim pesan ber kali-kali sepertinya mendesak sekali. Dari dek eka sos'14, "mbak dimana? Aku sudah disini", jleb hening sejenak seketika, begitu semangatnya adik ini hingga datang sebelum waktu yang telah disepakati. "Aduh, aku keduluan dah" gumamku lirih. Kubalas pesan singkat itu, "iya dek, mbak la otw, bentar lagi mbak sampai" secepat kilat ku ketikan pesan itu dan terkirim. Setelah terkirimnya pesan itu, otomatis ini kaki dengan gesit nya melangkah.
Huhhhh,, hmmm,, tersengal-sengal nafasku seperti habis dikejar anjing gila. Suasana sore di depan Unsri begitu asri, lapangan yang hijau diramaikan sejumlah pemuda yang sedang bermain bola. Disepanjang pinggir jalan menuju ke gerbang depan dibanjiri oleh mereka yang sedang berlari-lari kecil olahraga ringan. Sampai di depan gerbang unsri, Celingak celinguk kiri kanan mencari sosok adik yang sms tadi, terlihat ada yang dua orang yang sedang duduk-duduk di rumput dengan beberapa koper lumayan besar tergeletak disamping mereka. Sepertinya kenal, lalu kupanggil mereka.
"Hai,, assalamualaikum dek, afwan ya, mbk telat nih, udah lama ya? mana yang lain, baru kalian berdua ya?" Salam kupada mereka.
"Waalaikumusalam, iy mbk dak papo, baru kami beduo nilah mbk " jawabnya dengan logat palembang yang sudah tak asing ditelinga.
"Ini koper kalian?" Pura-pura bertanya hanya untuk memperjelas rasa penasaranku saja.
"Hehe, iya mbk" mereka tersipu malu, sepertinya tahu akan kekagetanku.
"Alangkah besak kopernyo dek, apo-apo be yang di bawa nih, cak nak mudik be, haha" candaanku memecah sunyi.
"Hahaa, mbk nih, dak ado lg yg biso di pakek mb, dak papolah ini jugo barang kami beduo mbk, selebihnyo di tarok di tas kami masing-masing" lugas eka menjawab sedangkan teman yang disampingnya hanya bisa tersenyum mendengarkan. Kubiarkan saja, ini pengalaman pertama mereka jadi wajar saja jika sedikit berlebihan seperti ini.
Perlahan calon anggota yang lain berdatangan baik ikhwan maupun akhwat. Hingga halaman depan gerbang itupun ramai karena jumlah peserta yang hampir 100an lebih itu. Tapi, ada-ada saja yang diluar dugaan setelah semuanya sudah dirancang sedemikian rupanya. Hingga dua bus yang kami pesanpun sudah datang, tapi rombongan panitia akhwat kala itu belum datang juga, mereka yang ditunggu adalah Mona, Dani, Ria dan Sari. Mereka teman seperjuangan telatnya bukan main, sampai-sampai pak sopir sudah berkomentar. Aku telpon Mona, dengan nada yang tinggi untuk menegaskan betapa ketelatan mereka sudah kelewatan. Ternyata mereka sedang menunggu salah satu diantara mereka yang masih beres-beres, kata si Mona sepertinya masih agak lama, sehingga ia menyuruh kami untuk pergi duluan. Huhh, panasnya bukan main ini telinga mendengarnya, karena posisinya yang angkatan 2012 akhwat hanya ada aku seorang, susahnya minta ampun mengkoodinir sebanyak manusia hidup ini dan mereka dengan santainya bisa telat. Menggerutu dalam hati tapi tetap saja terlihat jelas kekesalan itu diwajahku. Akhirnya mereka kami tinggalkan, karena hari sudah semakin sore dan permintaan sopir yang ingin cepat.
 Dua bus itu padat, penuh dan sesak. Bahkan akupun sampai duduk dibagian tengah menggunakan kursi plastik yang telah disediakan dan juga banyak kondektur yang semuanya adalah mahasiswa pertanian berjumlah lima orang, sehingga membuat semakin sesak karena mereka berdiri tepat didepanku sampai bergelantungan didekat pintu tengah bus. Bus berjalan beriringan dengan kecepatan yang cukup cepat untuk porsi bus yang penuh seperti ini. Baru saja melewati persimpangan, lalu belok kanan untuk langsung menuju jakabaring. Tak lama dari itu, bus yang kami tumpangi tiba-tiba berhenti, tapi aku tak merasa ada yang salah dengan bus ini. Kemudian keluar, dan ternyata bus yang satunya lagi yang mogok. Karena ingin tiba secara bersamaan sehingga kami menunggu bus yang mogok ini sampai selesai dibenahi. Padahal targetnya sebelum magrib sudah sampai ditempat tujuan, ternyata ada-ada saja. Memang benar kita tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya bahkan menit berikutnya. Hanya bisa berdoa, semoga cepat selesai. Sejenak memikirkan teman-teman yang tertinggal tadi, bagaimana mereka bisa menyusul kesini, hari sudah sore, tidak ada lagi bus yang ke jakabaring walaupun ada pasti hanya stop di pamor dan dari pamor mereka naik apa, apalagi mereka akan sampai ketika langit sudah gelap. Ternyata aku mengkhawatirkan mereka, aku takut mereka yang tertinggal tidak jadi berangkat. Aku akan merasa bersalah jika mereka tidak bisa kesini karena tidak ada transport lagi, karena kami membutuhkan ekstra panitia yang banyak, jikalau mereka tidak ada maka berkuranglah separo dari jumlah panitia yang akhwat.
Kegelisahan merasuk di hati kami, magrib sudah lewat beberapa menit sebelumnya, tapi bus ini belum benar juga. Ketakutan akan jadwal yang tidak sesuai sehingga acara akan mulai begitu malam merasuk di pikiranku. Apakah ini akibat aku kesal dengan teman-temanku yang begitu telat sehingga kami harus meninggalkannya. Kupikir ulang, walaupun tadi kami tidak meninggalkan mereka, tetap saja ini bus akan mogok tengah jalan kalau memang sudah ditakdirkan untuk mogok.
Ngengg....
Aungan suara bus memecah kesunyian senja kala itu, artinya bus sudah beres dan kami bisa segera berangkat menuju tempat yang akan menjadi sejarah bagi calon anggota baru waki. Masih sempat untuk sholat di tempat tujuan karena perjalanan sudah tidak lama lagi dan masih dalam kategori waktu magrib. Jalan yang berkelak-kelok semakin membuat gugup, detak jantung berdebar tak seperti biasanya padahal aku sudah pernah kesini dan acara nya pun sama, yang membedakannya adalah kini aku dan kawan-kawan yang mempertanggungjawabkan agenda ini sehingga keberhasilan agenda ini ada di tangan kami yang mengelola. Ini membuatku gugup karena diawal kami sudah telat walaupun kesalahan bukan dari kami tapi dari sarana yang ada.
Langit semakin gelap, suasana hening, kiri kanan rawa yang gelap. Setelah jauh dari jalan kota memasuki jalan sempit menuju Ponpes, dari kejauhan sudah terlihat area yang agak terang karena lampu-lampu rumah yang berada disekitar ponpes. Akhirnya kami sampai dengan selamat tanpa suatu kurang apapun, puji syukur kupanjatkan selalu untuk Maha Pemberi Keselamatan.
Satu persatu turun dengan cepat karena takut tertinggal sholat magrib, seperti biasa aku bagian akhir yang masuk ke dalam Ponpes karena harus mengecek dan memastikan semua barang ataupun orang di dalam bus. Setelah semuanya telah keluar dan tak ada satupun barang yang tertinggal, barulah aku masuk kedalam. Sampai didepan gerbang, aku melihat sesuatu yang mengagetkan sekaligus membuatku terharu. Ada yang mendekat kearahku.
"Lyn, nanti adeknya langsung disuruh masuk ketempat penginapan dan mereka sholat disana atau di aulanya ya!!"
Masih tertegun, apa ku tak salah lihat, itu tadi yang bicara adalah Dani. Iya, Dani. Dani adalah salah satu teman yang tadi kami tinggalkan. Masya اَللّهُ. Allahu Akbar !!! Batinku mengucap tanda syukur dan bahagia haru.
"Dani, kok kamu la disini, cepat sekali, kok bisa, mana Mona, Ria, dan Sari??" Sejurus pertanyaan langsung kuajukan sebagai bentuk rasa penasaran yang seolah ada yang mempermainkan logika ku.
"Iya dong, nantilah kuceritakan, makanya jangan marah-marah" ia mengeles dan merasa bangga karena mereka yang tadinya aku marahin dan kami tinggal ternyata datang lebih dulu dari kami. Kemudian ia berlalu, mengatur dan memerintahkan adik-adik yang masih mengambil air wudhu, ketika itu aku sedang kedatangan tamu sehingga kewajiban itu sedang tak bisa kulakukan.
Karena itu masih terhanyut dengan perasaan sendiri, aku merasa bahagia, mereka tahu akan kesalahan mereka sehingga berbagai cara mereka tempuh untuk datang kesini. Terharu sekali, rasanya ingin menangis, mereka sadar akan tugas dan fungsi sebagai orang yang bertanggung jawab akan agenda ini. Awalnya tadi, aku akan memarahi mereka ketika mereka sampai disini tapi sekarang kenyataannya berbalik, aku ingin memeluk mereka satu persatu dan mengatakan maaf dan terima kasih banyak teman. Aku menyayangi kalian karena اَللّهُ, Tuhan yang Maha Penyayang dan Maha Pengasih yang memberikan rasa sayang dan kasih pada sesama saudara.
Setelah di penginapan, aku dekati mereka dengan wajah yang berseri bahagia.
"Mon, kok bisa datang duluan sih, hehe" terkekeh untuk menutupi rasa maluku.
"Itulah, jangan marah-marah. Kami tadi naik travel, tapi cuman sampe pamor, terus dari pamor naek bentor kesini" jelasnya tanpa basa-basi.
Seketinga mulut ini terbuka terngangah seakan tak percaya, subhanallah, memang naik travel kecepatannya bisa dua kali lipat dari bus, yang tak bisa dipercaya adalah naik bentor dari pamor kesini, itu jauh jaraknya dan pastinya budget yang dikeluarkan cukup mengeringkan kantong karena yang dinaiki adalah bentor (haha).
Tak disadari kami pun tertawa riang, entah apa yang ditertawakan. Mungkin karena sekarang kantong mereka kosong akibat ongkos berkali-kali lipat. Aku sangat menghargai usaha mereka, tapi itu karena ulah mereka sendiri kalau saja tak telat mungkin bisa pergi bareng kami dan hanya mengeluarkan ongkos standar. Tapi, tak jadi masalah yang penting mereka sudah ada disini untuk selanjutnya kita lihat bagaimana اَللّهُ menjalankan takdirnya.
Pembukaan ILT yang seperti biasa dibuka oleh ketum, begitu meriahnya, baru ini sejarahnya aula sebesar itu penuh oleh peserta sehingga separuh panitia tidak masuk dan duduk di luar. Hairun adalah teman sekelasku, kini ia menjadi pemimpin di organisasi yang ku naungi saat ini, dulu tak ada selintaspun kalau beliau yang akan menjadi pemimpin selanjutnya. Mengingat ia yang lebih suka berkecimpung di bemu dari pada lingkungan dakwah ini, tapi Tuhan berkata lain dan punya rencana serta skenario yang tak siapapun bisa menebaknya. Menurut pandanganku, saat ini Hairun adalah pemimpin yang mungkin satu-satunya yang punya kharisma tersendiri bagi kaum hawa dibandingkan pemimpin organisasi lainnya yang ada di Fisip. Tidak menutupi kenyataan bahwa sebagian besar calon anggota waki yang akhwat terpesona dengan pesona Hairun dan bisa jadi menjadi alasan terbesar motivasi mengikuti waki. Astagfirullah. Ini yang buat geleng-geleng kepala serta geli kalau lihat Hairun yang sekarang sudah menjadi Top model di waki (haha).-_-
Rutinitas seperti biasa layaknya sedang dauroh (pelatihan), bangun pagi untuk sholat tahajud, kemudian almatsurat bersama, lalu perkenalan antara panitia dan peserta sebelum akhirnya sholat subuh berjamaah. Setelah selesai, kami beri mereka kesempatan untuk membersihkan diri mereka masing-masing sampai pukul 06.00.
Suasana pesantren yang begitu damai di pagi hari, semuanya hilir mudik melakukan aktivitas mereka sebagai santri. Sinar cahaya mulai menyinari kawasan pesantren sehingga aku bisa melihat dengan jelas bagaimana keadaan sekitar yang semalam tak bisa terlalu melihat karena gelapnya malam. Banyak yang berubah disini, ada bangunan baru seperti aula yang sekarang kami tempati yang satu tahun lalu belum ada. Tata letak kolam dan segala pemandangannya jauh lebih baik dan indah dipandang daripada sebelumnya. Tepat didepan aula ada dua kolam yang terpisah yang dipisahkan oleh jalan setapak, sayangnya tidak ada teratai yang tumbuh dan berbunga seperti tahun kemarin kami disini.
Hari kedua berjalan dengan lancar, peserta sepertinya puas akan materi dan pembicara yang kami persembahkan untuk mereka. Dilihat dari antusias mereka bertanya dan serius dalam memperhatikan pembicara.
Menjelang malam kedua atau malam terakhir dan bisa jadi malam yang menegangkan bagi para peserta. Karena manajemen konflik dilakukan pada malam ini. Manajemen konflik adalah suatu rekayasa keadaan dimana ingin menge-tes kemampuan mereka dalam menyelesaikan masalah serta mengendalikan emosi yang tercipta. Kalau mengingat malam ini, aku jadi malu sendiri (haha).
Sudah hampir tengah malam, suasana semakin menjadi tegang karena pembahasan tata tertib yang tak menemukan titik kesudahan ditambah ada masalah salah satu peserta ikhwan yang kehilangan hp (rekayasa). Disini mulai bermain, para aktor yang biasa berakting mulai beraksi jjiaahh, termasuk aku ikut terlibat disitu. Melihat keadaan waktu itu, komdis yang begitu lemot dan kurang tegas dalam menyikapi keadaan yang mulai memanas. Seketika saja ini mulut langsung teriak-teriak sambil ini tangan nunjuk komdis yang di depan, menuntut ketegasan komdis, karena malampun makin larut persoalan belum menemukan titik cerah. Suara melengking bak klakson sampai sakit tenggorokan, kaki pun jadi lemas, semua orang yang ada di dalam aula seketika diam dan suasana menjadi sunyi, padahal ini cuman rekayasa saja tapi seolah-olah beneran. Betapa orang melihatku dengan wajah ketakutan dan ngeri, ada yang menangis, ada yang kesal dan marah, tapi ada juga yang melihat dengan kagum karena posisinya aku membela peserta dan menyalahkan komdis. Suasana jadi dingin setelah kejadian itu, kemudian komdis tiba-tiba minta maaf dengan gaya seperti ngelawak, spontan yang mendengarkan pun ikut geli dan tertawa padahal tadi dimarahin habis-habisan tapi dibalas dengan lelucon. Itu bocah belum berpengalaman akting kali ya, jadi kesal sendiri aku melihat tingkah komdis di depan, mereka jadi kikuk, mungkin menganggap aku marah beneran padahal ikut alur rekayasa. Hadeeh-_-"
Tiba-tiba ketum maju ke depan, bak seorang pahlawan ‘kemaleman’ yang menengahi sebuah persoalan. Ketika itulah semuanya dibongkar bahwa apa yang kami lakukan adalah sebuah rekayasa manajemen konflik termasuk hp yang hilang tadi, sampai-sampai ingin dilaporkan ke polisi. Semuanya ricuh, suara-suara berontak tak terima karena dipermainkan menggelegar serta suara tangis menjadi tawa, semuanya bertepuk tangan. Malam ini diakhiri dengan bahagia dan sedikit dongkol dari para peserta yang dari pagi sudah sengaja dimarahin sampai malam.
Semuanya tidur dengan lelap karena memang sudah tengah malam dan mereka akan dibangunkan lagi dua jam kemudian. Tapi tidak dengan panitia, beberapa panitia memang sudah ada yang tidur dan sebagian lain menyiapkan acara jurid nanti, akibat aksi ku di aula tadi, aku jadi bahan tertawaan bagi mereka, apalagi dek eni yang mengejek suara lengking ku tadi. Aku pun jadi malu, ini pipi rasanya seperti di panggang, kalau lagi marah ini suara bisa jadi halus dan melengking menusuk telinga, memang seperti itu mau diapakan lagi. Kalau diingat, itu tindakan spontanitas, aku malu bukan main, ini bukan aku, aku biasanya tak bisa berkutik kalau sudah jadi tontonan tapi kali ini malah semakin membuatku beraksi.
Ya ampun, bila dipikir-pikir sudah banyak perubahan di dalam diri ini. Karena lingkungan dan tuntutanlah yang bisa merubah sikap seseorang. Perubahan yang harus aku jalani demi kemajuan gerak dakwah ini. Walau berbeda dari kebanyakan akhwat biasanya yang lembut tutur katanya, yang gemulai tindakannya dibandingkan aku. Ya اَللّهُ, kalau bicara seperti marah, kalau bertindak seperti laki-laki geraknya brutal dan cepat. Padahal bicaranya biasa saja tak ada maksud ingin marah atau apa, tapi yang mendengarkan berbeda persepsi. Mungkin aku harus privat gaya bicara agar impianku tercapai sebagai wanita pejabat, yang kalau bicara halus tapi menekan, nah sebenarnya itu yang kulakukan tapi mereka belum menerima akan sikapku yang seperti itu. Enjoy, lirihku untuk menyemangati diri sendiri, selagi masih muda dan single, apapun bisa dilakukan sebagai pelajaran dan pengalamanan yang berharga.
Mengendap-endap layaknya seorang pencuri, menyelinap masuk ke dalam aula dimana semua peserta tidur di dalam sana. Mereka akan dibangunkan satu persatu dan sebelum mereka membuka mata, mata mereka harus sudah ditutupi slayer yang mereka kumpulkan tadi siang. Panitia kesulitan karena peserta akhwat sangat banyak dibandingkan panitia, untuk membangunkan mereka secara diam-diam, memerlukan waktu yang cukup lama. Pukul 02.00 dini hari, waktu yang memang agak dicepatkan karena mengingat jumlah peserta yang banyak.
Hening malam, langit cerah bertabur bintang, dingin malam serta suara-suara malam yang khas menjadi latar jurid malam ini, semuanya dikumpulkan secara terpisah satu persatu dengan mata tertutup di halaman dekat kolam, jarak antar peserta kurang lebih dua meter. Sehingga halaman itu dipenuhi oleh manusia-manusia setengah sadar. Panitia yang jahil mulai beraksi, tidak seperti tahun kemarin kali ini mereka cukup kuat mental menahan rasa takut yang menyelinap di hati. Ini mengingatku pada tahun ILT 2013 lalu, dimana dek vina menangis sejadi-jadinya dan ketakutan akibat ulahku, benar-benar di luar dugaan, aku hanya menakuti seperti yang lain, tapi memang sih ada kejahilan yang seakan-akan itu beneran, sehingga dek vina meronta-ronta memegang tanganku dengan kuatnya. Alhasil aku jadi kesalahan panitia lainnya, karena sudah mempermainkan anak orang diluar batas.
Kali ini, mereka semua tak ada yang seperti dek vina dan memang aku lagi malas beraksi. Tapi mereka semua menangis sejadi-jadinya ketika muhasabah yang dipandu oleh dek tara, ku sudah menduganya bahwa dek tara akan berhasil melakukannya dan ternyata memang benar. Semuanya terharu dan mungkin merasa bersalah akan perbuatan mereka selama ini. Ku lihat bukan saja peserta yang menangis tapi beberapa panitia yang lembut hatinya juga ikut menangis. Setelah muhasabah selesai dan di akhiri dengan setiap peserta menuliskan wasiat terakhir mereka untuk kedua orang tua masing-masing. Pukul 04.00, masih sempat untuk qiyamul lail, sehingga sebagian mereka mengambil wudhu di depan gerbang, sambil lalu mereka mengumpulkan slayer yang dikumpulkan kepadaku, semuanya basah oleh air mata atau bisa jadi air yang keluar dari hidung (Hihi). Ketika sibuk mengumpulkan slayer, terlihat ikhwan baru bersiap untuk melakukan jurid malam, ya ampun sepertinya mereka kesiangan, kami sudah selesai, mereka baru mau beraksi. Atau memang sengaja dilakukan jam segitu. Wallahu alam.
Suara ayam terdengar keras di alun-alun ponpes, celah-celah sinar mulai mengintip di kegelapan. Santri dan santriwati mulai beraktivitas, serta orang-orang rehabilitasi yang tepat disamping penginapan akhwat. Mereka pun berbondong-bondong melakukan aktivitas masing-masing. Sekilas terlihat menyeramkan tapi mereka adalah orang-orang yang ingin hijrah dari kehidupan masa lalu mereka. Semoga mereka melihat titik terang itu dan dapat menjalankan kehidupan normal seperti sedia kala.
Hari terakhir disini, semua terlihat bahagia karena hari ini kami akan bersenang-senang. Outbond dan bermain games air. Sudah beberapa tahun ILT tidak main air untuk yang akhwat, maksudnya masuk kedalam kolam lumpur langsung. Kali ini kami akan mewujudkannya. Kami punya sebuah nama untuk pengurus angkatan 2012 yaitu Gelas KECE "Generasi 2012 Keren dan Cendekia" mungkin terlihat agak angkuh, tapi sepertinya itu nyata dan kami akan melakukan yang sesuai dengan nama kami itu. Salah satunya, di angkatan inilah jumlah peserta terbanyak dan kali ini kami menciptakan outbond terseru akhwat.

Tak ada kata yang bisa mengungkapkan kebahagian, sesuatu yang berat bisa diselesaikan secara bersama-sama dengan modal kepercayaan, kekompakan, dan saling pengertian. Bergerak bersama, saling bahu membahu, saling menguatkan satu sama lain. Semuanya itu karena ikatan ukhuwah, ukhuwah yang sudah masuk ke aliran darah ini. Semuanya saudara tanpa melihat status dan hubungan. Aku ingin hubungan kita dapat membawa berkah hingga pertemuan di akhirat. Tak ada yang lebih membuat tentram selain kebersamaan ini. Meski kita akan berpencar kembali, meniti jalan masing-masing, ku ingin kalian mengingat kebersamaan kita sebagai memori yang tak terlupakan.