Kali ini kita share tulisannya binaan kita, ikhtisar dari buku novel Kabar Angin Karya Hasibuan Ali Akbar, yang udah baca Alhamdulillah, yang belum monggo dilirik :D
komen ya untuk pembelajaran selanjutnya biar anak didik kita makin bagus tulisannya..
Ohiya buat yang penasaran ceritanya versi lengkap, Buku Kabar Angin bisa di order di Pustaka Darussalam ya (089657683212, ig: @pustakadarussalam) Terimakasih, Salam Literasi :)
Nama : Nayla Rahma
Kelas : X Mipa Al-Aqsha
Pembimbing : Anita Carlyna,
S.IP
Judul Buku : Kabar Angin
Pengarang : Ali Akbar Hasibuan
Penerbit : Merah Saga
Buku Kabar Angin adalah salah satu novel yang bercerita tentang
mimpi. Saya telah banyak membaca buku tentang mimpi dan Kabar Angin ini salah
satunya, menceritakan tentang seorang pria yang bernama Ulung Labay dengan
sejuta mimpinya ia penuh tekad berikhtiar tanpa lelah namun tak juga lupa
bertawakal untuk melengkapi seluruh perjuangannya.
Kabar Angin bercerita tentang seseorang yang bernama
Ulung Labay, ceritanya sederhana namun perlu makna. Dahsyatnya sebuah kabar
angin yang sekali saja
dihembuskan akan bertambah walaupun hanya sekali sentuhan, yang bisa
meluluhlantakan jiwa yang bahkan sudah sangat tegar.
Di suatu desa
dipesisir pulau sumatera tepatnya provinsi Sumatera Utara, seorang Ulung Labay
yang diwaktu kecil rela merantau ke pulau seberang untuk menimba ilmu, namun
sayang perjalanannya saat itu terhenti karena kabar kematian gurunya yang
dibunuh oleh sekelompok orang
yang tak mengerti makna ilmu sesungguhnya. Sekarang ia adalah seorang pria yang penuh impian, setiap harinya ia berjalan ke sekolah yang dijadikannya tempat ladang amalnya. Meskipun
sejatinya gedung sekolah itu adalah gedung Madrasah Ibtida’iyah atau tingkat
sekolah dasar. Dari situ ia selalu berimimpi bahwa suatu saat sekolah Madrasah
Tsanawiyah atau Sekolah Menengah Pertama itu akan memiliki gedung sekolah
sendiri.
Bagi Ulung Labay
anak-anak desa mereka perlu untuk membuka mata tentang sisi pendidikan, bukan
hanya sekedar tempat pelarian dari perintah orang tua, untuk berpanas-panasan di ladang ataupun di laut. Warga
disana merasa sudah cukup apabila makan sehari-hari mereka terpenuhi meski
hanya dengan menjala ikan ataupun berpanas-pansan di ladang.
Ia berjuang sampai
akhirnya beberapa hati telah luluh dengan niat hati yang tulus akan pengabdian.
Musyawarah dilakukan, pengumpulan dana sedikit demi sedikit diperoleh oleh kebaikan,
bahkan ada seorang tua yang menghibahkan tanahnya demi sebuah kebaikan.
Bagaimanapun kehidupan selalu ada sisi kebaikan dan sisi kejahatan, dana yang
terkumpul ternyata lenyap di babat api kebencian, hati yang telah bersenang
akhirnya luruh kembali.
Ide lain didapat
walau harus dengan pengorbanan, pak Ulung Labay meminjam dana untuk pembangunan kepada seorang tauke
licik yang penuh jiwa ingin selalu untung. Dana didapat setelah kesepakatan
yang dengan berat hati memberikan hasil panen ladang kelapa Ulung Labay dan juga ladang kelapa koh
lihan kepada si tauke Bahar.
Ternyata kabar
baik itu tidak baik bagi seorang Zainal yang tak lain wakil Ulung Labay di
sekolah, kabar baik itu ternyata menumbuhkan api kebencian yang telah dipupuk
sekian lama. Zainal menghancurkan impian
kebaikan sang Ulung Labay, disaat gedung sekolah telah selesai dibangun
niat jahat bertebaran. Zainal membakar
ruang guru dengan menjadikan seolah-olah sisa pembakaran rumput yang menjalar
ke gedung sekolah.
Niat jahat tak akan
selalu menang, syukur saja
kebakaran tidak
menjalar kemana-mana sehingga renovasi tak terlalu banyak membutuhkan dana.
Gedung sekolah baru telah rampung selesai, namun kebencian tetap kebencian tak
mudah untuk padam.
Tahun ajaran baru
telah dimulai, baik sekali takdi itu. Pendaftaran
murid baru sangat banyak bahkan dari kecamatanpun ada beberapa yang mendaftar,
sungguh jerih payah telah terbayar sempurna. Anak-anak desa semangat pergi ke
sekolah menikmati gedung baru, mempelajari arti menuntut ilmu yang
sesungguhnya.
Selang beberapa
bulan kemudian, dilakukanlah musyawarah yang sebenarnya alibi seorang Zainal untuk menjatuhkan Ulung Labay, ternyata semua itu telah disusun
sedemikian rupa. Ia jadikan alasan musyawarah wali siswa yang sesungguhnya hari
pembalasan dendam kebencian. Ia mengatakan pada Ulung Labay bahwa
musyawarah ini untuk kebaikan sekolah. Mulai dikumpulkan
warga-warga yang sebenarnya memihak pada Zainal, tak satupun warga yang suka
pada Ulung Labay di undang.
Hari itu kabar angin berhembus
meluruhkan hati yang telah didesain sekuat mungkin. Topeng musyawarah itu
terbuka menyisahkan kejahatan, penjatuhan dan ketidakadilan. Pak Ulung Labay
ternyata diturunkan dari jabatan oleh
pihak Zainal yang menginginkan Zainal naik jabatan. Oh sungguh iri hati itu
menjadikan jiwa baik menjadi busuk, penuh dendam penuh kebencian.
Seluruh orang yang menyukai Ulung Labay
tak bisa menerima semua ini, namun sosok Ulung Labay mengikhlaskan semua
perkara yang meluruhkan hatinya. Apakah Ulung Labay berhenti dari mimpinya? Tidak! Sesungguhnya mimpinya telah tercapai menyisahkan serpihan halus yang
akan selalu diingat.
Begitulah kabar angin dihembuskan dengan
perlahan menjadikan angin kecil tumbuh sebagai angin topan, ditambah sentuhan-sentuhan
penuh kejahatan. Kabar angin memang
tak pernah salah sepenuhnya, yang patut disalahkan adalah mulut yang selalu menjadikannya
sebagai kabar topan.
Mimpimu tak
akan pernah salah, hanya soal waktu semua akan dikabulkan. Ikuti arus takdir, arungi lautan cobaan, babat habis
hati kotor yang akan mengapus impianmu.
Beginilah hidup selalu
mempunyai sisi kebaikan yang penuh inspirasi, namun ibaratkan takdir selalu ada
takdir baik dan buruk begitu juga kehidupan, kebaikan akan selalu berdampingan
dengan kejahatan. Tinggal sanggupkah kita membabat habis kejahatan yang penuh
akan rasa kebencian dan tidak membiarkan kabar angin menjadi topan.
DAFTAR PUSKATA
Hasibuan, Ali Akbar (2014). Kabar Angin. Surabaya : Merah Saga