Aktivitas
perkuliahan berjalan seperti biasa setelah PK2 berakhir seminggu yang lalu.
Udara panas kian mengerang menjelang siang tiba, rumput-rumput mulai mengering,
dedaunan mulai berguguran dan berserakan dimana-mana. Musim panas kali ini,
benar-benar terasa panasnya, bukan hanya manusia bahkan makhluk hidup lainnya
pun merasakan dampaknya. Gersang, debu-debu beterbangan terbawa angin hingga
mengenai apapun yang ada disekitarnya. Bila pulang dari kuliah, tak jarang
sepatu ini sudah memutih karena debu yang lengket. Wajah yang gersang, keringat
bercucuran ditandai dengan basahnya bagian-bagian tertentu yang terlihat dari
luar dan menjeplak di baju. Itulah gambaran mungkin sebagian mahasiswa yang
jika kembali dari kampus menuju rusunawa ataupun asrama dengan berjalan kaki
menyusuri langkah demi langkah dengan rute yang sama.
Entah
apa yang mereka lakukan selama berada dalam lingkungan perkuliahan, tak ada
yang mengetahui dengan pasti. Tapi raut wajah yang berbeda setiap kali melihat
satu persatu bahkan berbondong-bondong
menuju rusunawa pada sore hari. Ada yang ceria bercerita
dengan teman disampingnya sambil berjalan menyusuri jalan setapak itu. Ada pula
yang sendiri-sendiri, sambil mendengarkan lagu favorit atau radio kesayangan
melalui earphone sambil lalu tanpa menghiraukan keadaan disekitar hingga sampai
pada tujuannya. Ada juga raut wajah yang lelah, terkadang terlihat kesal,
dongkol maupun marah, atau
apapun
itu tapi pasti ada sesuatu yang membuat hatinya risau terhadap apa yang terjadi
dikampus yang mungkin belum memuaskan hati. Semuanya itu warna-warni kehidupan
realita mahasiswa yang kulihat hampir setiap sore di ujung jalan ini.
Setelah
aktivitas menyambut mahasiswa baru telah usai dengan baik, kerjasama antara
panitia mahasiswa maupun dari pihak birokrat Fisip berjalan dengan semestinya.
Kini saatnya setiap ormawa maupun BO menyiapkan sambutannya masing-masing dan
membuat strategi agar mahasiswa baru tertarik akan organisasi yang sedang
digeluti saat ini.
Begitu
pun dengan Waki, salah satu BO di Fisip, yang kebetulan bagian merekrut ataupun
masalah pengkaderan anggota baru adalah amanah yang berada di pundak ini.
Sehingga setelah disibukkan dengan PK2, saatnya untuk menyiapkan OR Waki
beserta ILT (Islamis Leadership Training) atau yang biasa dikenal dalam suatu
organisasi disebut dengan istilah LDO (Latihan Dasar Organisasi).
Minggu
pertama di bulan September adalah jadwal dibukanya Open Recruitment untuk
anggota baru. Jauh-jauh hari aku dan Muhammad beserta anggota yang lain sudah
melakukan rapat atau yang biasa kami sebut dengan Syuro', kami begitu gesit dan
cekatan dalam mempersiapkan agenda ini, dimana inilah awal untuk menilai apakah
syiar yang kami lakukan selama PMB dan PK 2 kemarin berhasil atau tidak.
Hari
pertama OR dimulai, dimana kami membuka posko di depan mushola tercinta,
pagi-pagi sekali aku datang
dengan setumpuk berkas, semua bahan registrasi OR berada dalam
berkas yang kubawa
termasuk punya Ikhwan. Semangat pagi merasuk dalam relung jiwa
dan tubuhku, bersemangat bahkan bisa dua kali lipat dari biasanya. Bangun
sangat pagi, bahkan dengan waktu tidur yang cukup larut karena menyiapkan
seluruh berkas yang akan dibawa dengan mengandalkan Mr. Brown dan Mr. Black
yang untungnya pada malam itu sedang dalam keadaan baik nggak neko-neko hingga
seluruh berkas dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Wajah
sumringah, bahkan berjalan pun agak berlari-lari kecil karena tak sabar untuk
cepat sampai kekampus pink tercinta. Embun pagi menyapa, sinar mentari yang
malu-malu sembunyi dibalik awan, udara pun terasa sejuk serta semilir angin
yang berhembus membasuh relung jiwa.
Sepi,
tapi lumayan banyak Maba yang biasanya kuliah di awal-awal sangat rajin datang
ke kampus di pagi hari. Segera bersiap, menyiapkan segala keperluan baik meja
registrasi serta form-form yang akan dibagikan nantinya. Setelah semuanya
terasa sudah cukup, sambil menunggu akhirnya kugerakkan tangan dan kaki ini
untuk menyapu dan membersihkan tempat kecil ini yang setiap hari digunakan
untuk menyembah Tuhan Semesta Alam. Dari dalam hingga ke teras yang paling
luar, setelah semuanya tersapu bersih, satu persatu orang-orang mulai
duduk-duduk dipinggiran mushola, ada yang menunggu, ada yang sengaja
duduk-duduk sambil bergurau dengan teman-temannya.
Ku
intip ke sebelah tempatnya Ikhwan, seperti ruangan yang jarang ditunggu, dan
memang jarang Ikhwan untuk datang pagi sambil membersihkan Mushola. Tapi pernah
suatu kali, di pagi hari ternyata di tempat Ikhwan sudah ramai, mungkin pada
hari itu jadwal kuliah banyak di pagi hari.
Fitri
pun yang dari palembang
sudah tiba dan kini menemaniku menjaga posko ini. Seperti hal
nya sebuah barang yang dijual diskon, langsung di serbu oleh pembeli-pembeli
yang merasa ingin membelinya. Begitu pula pada hari pertama ini, bahkan belum
sampai siang hari, formulir pendaftaran sudah banyak yang terisi. Mereka
antusias mendengarkan,
mereka berasal dari semua golongan, bahkan yang belum
berhijab pun mereka percaya diri, bertanya ini dan itu tentang waki yang pada
akhirnya mereka terpesona hingga berani mengisi form yang kami berikan.
Sepertinya syiar yang kami galangkan, usaha dan pelayanan yang kami berikan,
semua ongkos serta budget yang kami keluarkan, hingga keluar keringat yang
bercucuran karena bulan puasa ditambah
teriknya mentari pada saat PMB dan PK2 kemarin, kini membawa berkah bahkan kami
bisa merasakan manisnya bagai mendapat buah yang manis setelah upaya
sungguh-sungguh hingga mengeluarkan keringat yang pelik.
Semuanya
berkumpul, sahabat yang lain pun mulai meramaikan mushola dengan canda tawa
mereka, ngobrol ini itu serta menjelaskan dari awal apa itu waki kepada
calon-calon anggota yang sudah mengisi form. Tapi berbanding terbalik dengan
yang disebelah (read: Ikhwan), walau tak seramai dengan yang akhwat tapi
lumayan perlahan-lahan ada yang mendekat. Ketika melihat situasi yang jauh
berbeda seperti ini, seakan ada rasa bangga tersendiri dimana akhwat jauh lebih
sukses dibandingkan yang ikhwan, tapi di sisi lain merasa sedih dan bersalah,
kenapa bisa terjadi ketidaksinkronan antara keduanya. Untuk menyeimbangi hal ini,
kami yang akhwat sudah membuat suatu plan bahwa kami juga akan menarik yang
ikhwan, berbaur dengan Maba laki-laki siapapun itu. Dan ternyata plan itu
membuahkan hasil, dimana ada adik laki-laki yang kutolong waktu PMB, terlihat ia sedang
mendaftarkan dirinya ke dalam wajihah ini. Walau tak sebanyak yang akhwat, tapi
bahagianya tak bisa diungkap dengan kata-kata. Entah apa alasan adik laki-laki
itu, tapi itu cukup menutupi rasa bersalahku yang mungkin karena koordinasiku
dengan sang partner yang tak seimbang.
Waktu
bergulir seirama, di ikuti perputaran bumi pada porosnya, silih berganti, siang
dan malam, semuanya bergerak seirama bertasbih kepada sang pencipta dengan
caranya masing-masing yang sudah di atur sedemikian rupa. Tak ada yang
mengetahui bagaimana mereka bertasbih, hanya Tuhan pemilik jagat raya inilah
yang mengetahui seluk beluk, luar dalam, sesuatu yang tersimpan dibalik rahasia
yang sangat rahasia sekalipun. Kini roda waktu terus berputar yang tak pernah
akan bisa mundur, setiap jengkal akan terasa sia-sia bila tak di iringi dengan
rasa syukur. Sudah seminggu berlalu dari pembukaan OR, kini sudah ada hasil
yang kami dapatkan sebagai tolak ukur dari hasil jerih payah yang kami lakukan
sejak awal PMB. Untuk pendaftar yang ikhwan plg-laya kurang lebih 50 orang sedangkan
yang akhwat plg-laya kurang lebih ada 100 orang. Masya اَللّهُ , Allahu
Akbar, Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?, tak ada yang sia-sia
selagi kita melakukannya dengan sungguh-sungguh disertai keikhlasan. Hingga
target yang kami targetkan sejak awal bahwa jumlah pendaftar nanti berjumlah
150 orang dan kini terwujud sudah,
walau ini baru pendaftar yang belum sah menjadi anggota, tapi sudah cukup untuk
membalas jerih payah yang kami lakukan, karena pastinya kami tahu tak sedikit banyak yang
akan berguguran di jalan dakwah ini.
Terlebih
yang membuat diri ini makin bersemangat menjalankan aktivitas yang menyita
waktu dan tenaga ini, bahwa temanku Mala (satu angkatan denganku) akhirnya bisa
menyingkirkan rasa gengsinya sehingga ia memberanikan diri untuk mendaftar waki
dan berkomitmen untuk hijrah menjadi muslimah yang lebih baik selama menjadi
anggota waki. Masya اَللّهُ, ini yang membuatku terharu dan memang benar salah satu firman اَللّهُ,
"Walaupun
kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak
dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi ALLAH telah mempersatukan hati
mereka, Sesungguhnya DIA Maha Gagah lagi Maha Bijaksana. (QS. Al Anfal: 63)
Aku
percaya bahwa hati kami sekarang sudah disatukan oleh sang pemilik Hati, jujur
saja aku sudah
mendekatinya dari semester pertama ketika aku sudah
berkecimpung di waki dengan cara-cara sesuai batas optimal kemampuanku untuk
mengajak beliau mengikuti jejak langkah yang sedang aku jalani ini. Tapi
kemarin-kemarin tanggapan ataupun respon beliau tidak ada yang menandakan
keinginan untuk bergabung, aku hanya bisa berusaha dan kini usaha ku dibalas
oleh sang Maha Pembalas setelah usahaku selama dua tahun belakangan ini. Kini
Mala temanku itu, semakin dekat denganku, ia bersemangat ingin mengikuti ILT
walau masih tetap harus di motivasi agar ia tidak minder dengan adik tingkatnya
serta penampilannya
yang belum syar'i tapi aku yakin perlahan-lahan Islam
akan membasuh hati dan jiwanya hingga ia menemukan jati dirinya sebagai seorang
muslimah. Aamiin.
19
september, hari bersejarah bagi yang akan memulai meniti jalan dakwah, mereka
yang benar-benar tulus untuk me-refresh diri dengan sesuatu yang bernama Islam,
-memang
mereka semua adalah umat islam, tapi sulit untuk menemukan orang-orang yang
benar-benar mengamalkan Islam di kehidupan yang nyata sehari-hari bukan hanya
sekedar status ktp-.
Jumat barokah, yang selalu dinantikan oleh umat muslim yang bertaqwa, yang
mungkin dirindukan oleh kaum laki-laki. Indahnya hari ini, karena begitu
sibuknya menyiapkan segala keperluan untuk ILT, kegiatan ini diselenggarakan di
Ponpes Ar-Rahman Jakabaring dimana tempat ini juga tempat ILT tahun 2013
kemarin. Sebenarnya banyak tempat lain yang lebih memadai dibandingkan ini,
tapi tak ada yang lebih luas dan nyaman selain Ponpes ini dikarenakan jumlah
peserta yang membludak serta jumlah panitia yang juga tak kalah banyak.
Pukul
empat sore, semua calon anggota baru diperintahkan untuk kumpul di depan Unsri
baik yang ikhwan maupun akhwat. Setelah ashar, aku bersiap mengumpulkan apa
saja yang akan dibawa untuk tiga hari kedepan, tak banyak yang kubawa karena
berkaca dari kegiatan-kegiatan sebelumnya selain pakaian ganti dua setel, alat
mandi, dan pembersih muka. Semuanya lengkap kecuali alat kecantikan
(haha), bagian ini yang selalu di protes
ibuku, "anak gadis kok malas ngerawat diri, mempercantik diri, bahkan
nyisir rambutpun malas -_-" celotehan ibu yang sering ia lontarkan kala
aku di rumah. Aku tak tahu kenapa, bagian ini tak membuatku tertarik, selama
muka bersih dari debu dan badan bersih karena mandi semuanya terasa sudah
cukup, yang lain masa bodoh. Pernah suatu kali aku beli minyak wangi ala-ala gadis
modern jaman sekarang, yang bahkan dipilih oleh sang adik, dipakai hanya mau
pergi keluar saja dan itupun kalau ingat. Alhasil itu minyak wangi nggak
habis-habis sampai kadaluarsa. (Haha). Tapi aku sadari itu kebiasaan yang tidak
bagus apalagi anak gadis, suatu saat nanti mungkin aku akan berubah hehe. Kalau
saja aku nggk pakai kerudung, mungkin aku sudah jadi gadis tomboy yang pendiam
(emang ada tomboy pendiam, ini versi penulislah karena ia hanya tomboy dalam
penampilan saja, hati dan segala perangkatnya masih cewek asli), astagfirullah.
Tapi untungnya Tuhan maha Penyayang masih menyayangi hambanya yang satu ini,
karena aku dimasukkan di Unsri sehingga harus menepati janjiku padaNya, bahwa
jika lulus di Unsri, aku janji untuk pakai hijab, dan اَللّهُ mempertemukan aku dengan kakak dan mbak
yang memotivasiku untuk bisa hijrah seperti sekarang ini. الْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
Lanjut,
setelah sudah siap semua, segera aku melangkahkan kaki keluar asrama menuju
rusunawa yang disebelah asrama
untuk
menjemput adik-adik waki 2013 yang sekarang mulai aktif, ada Anis, Eni, Eli,
Vina dan Yani. Ketika sampai di kamar Anis, mereka menyuruhku untuk duluan
saja, karena masih ada yang belum dipersiapkan, sambil menunggu adik-adik
Maba yang tinggal di Asrama maupun Rusunawa. Baik, aku turuti apa kata mereka,
dan memang benar adik maba harus ada yang menghandelnya. Sedikit pesan untuk
mereka, jangan lama-lama telatnya.
Walau
sendiri, tapi tak menyurutkan langkah ini untuk melangkah ke depan. Di
perjalanan, ini handphone tak hentinya berdering, kuhentikan langkah kaki dan
kulihat sejenak, apa dan siapa yang dari tadi mengirim pesan ber kali-kali
sepertinya mendesak sekali. Dari dek eka sos'14, "mbak dimana? Aku sudah
disini", jleb hening sejenak seketika, begitu semangatnya adik ini hingga
datang sebelum waktu yang telah disepakati. "Aduh, aku keduluan dah"
gumamku lirih. Kubalas pesan singkat itu, "iya dek, mbak la otw, bentar
lagi mbak sampai" secepat kilat ku ketikan pesan itu dan terkirim. Setelah
terkirimnya pesan itu, otomatis ini kaki dengan gesit nya melangkah.
Huhhhh,,
hmmm,, tersengal-sengal nafasku seperti habis dikejar anjing gila. Suasana sore
di depan Unsri begitu asri, lapangan yang hijau diramaikan sejumlah pemuda yang
sedang bermain bola. Disepanjang pinggir jalan menuju ke gerbang depan
dibanjiri oleh mereka yang sedang berlari-lari kecil olahraga ringan. Sampai di
depan gerbang unsri, Celingak celinguk kiri kanan mencari sosok adik yang sms
tadi, terlihat ada yang dua orang yang sedang duduk-duduk di rumput dengan
beberapa koper lumayan besar tergeletak disamping mereka. Sepertinya kenal,
lalu kupanggil mereka.
"Hai,,
assalamualaikum dek, afwan ya, mbk telat nih, udah lama ya? mana yang lain,
baru kalian berdua ya?" Salam kupada mereka.
"Waalaikumusalam,
iy mbk dak papo, baru kami beduo nilah mbk " jawabnya dengan logat palembang yang sudah tak asing
ditelinga.
"Ini
koper kalian?" Pura-pura bertanya hanya untuk memperjelas rasa penasaranku
saja.
"Hehe,
iya mbk" mereka tersipu malu, sepertinya tahu akan kekagetanku.
"Alangkah
besak kopernyo dek, apo-apo be yang di bawa nih, cak nak mudik be, haha"
candaanku memecah sunyi.
"Hahaa,
mbk nih, dak ado lg yg biso di pakek mb, dak papolah ini jugo barang kami beduo
mbk, selebihnyo di tarok di tas kami masing-masing" lugas eka menjawab
sedangkan teman yang disampingnya hanya bisa tersenyum mendengarkan. Kubiarkan saja,
ini pengalaman pertama mereka jadi wajar saja jika sedikit berlebihan seperti
ini.
Perlahan
calon anggota yang lain berdatangan baik ikhwan maupun akhwat. Hingga halaman
depan gerbang itupun ramai karena jumlah peserta yang hampir 100an lebih itu.
Tapi, ada-ada saja yang diluar dugaan setelah semuanya sudah dirancang
sedemikian rupanya. Hingga dua bus yang kami pesanpun sudah datang, tapi
rombongan panitia akhwat kala itu belum datang juga, mereka yang ditunggu
adalah Mona, Dani, Ria dan Sari. Mereka teman seperjuangan telatnya bukan main,
sampai-sampai pak sopir sudah berkomentar. Aku telpon Mona, dengan nada yang
tinggi untuk menegaskan betapa ketelatan mereka sudah kelewatan. Ternyata
mereka sedang menunggu salah satu diantara mereka yang masih beres-beres, kata
si Mona sepertinya masih agak lama, sehingga ia menyuruh kami untuk pergi
duluan. Huhh, panasnya bukan main ini telinga mendengarnya, karena posisinya
yang angkatan 2012 akhwat hanya ada aku seorang, susahnya minta ampun
mengkoodinir sebanyak manusia hidup ini dan mereka dengan santainya bisa telat.
Menggerutu dalam hati tapi tetap saja terlihat jelas kekesalan itu diwajahku.
Akhirnya mereka kami tinggalkan, karena hari sudah semakin sore dan permintaan
sopir yang ingin cepat.
Dua bus itu padat,
penuh dan sesak. Bahkan akupun sampai duduk dibagian tengah menggunakan kursi
plastik yang telah disediakan dan juga banyak kondektur yang semuanya adalah
mahasiswa pertanian berjumlah lima orang, sehingga membuat semakin sesak karena
mereka berdiri tepat didepanku sampai bergelantungan didekat pintu tengah bus.
Bus berjalan beriringan dengan kecepatan yang cukup cepat untuk porsi bus yang
penuh seperti ini. Baru saja melewati persimpangan, lalu belok kanan untuk
langsung menuju jakabaring. Tak lama dari itu, bus yang kami tumpangi tiba-tiba
berhenti, tapi aku tak merasa ada yang salah dengan bus ini. Kemudian keluar,
dan ternyata bus yang satunya lagi yang mogok. Karena ingin tiba secara
bersamaan sehingga kami menunggu bus yang mogok ini sampai selesai dibenahi.
Padahal targetnya sebelum magrib sudah sampai ditempat tujuan, ternyata ada-ada
saja. Memang benar kita tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya bahkan
menit berikutnya. Hanya bisa berdoa, semoga cepat selesai. Sejenak memikirkan
teman-teman yang tertinggal tadi, bagaimana mereka bisa menyusul kesini, hari
sudah sore, tidak ada lagi bus yang ke jakabaring walaupun ada pasti hanya stop
di pamor dan dari pamor mereka naik apa, apalagi mereka akan sampai ketika
langit sudah gelap. Ternyata aku mengkhawatirkan mereka, aku takut mereka yang
tertinggal tidak jadi berangkat. Aku
akan merasa bersalah jika mereka tidak bisa kesini karena tidak ada transport
lagi,
karena kami membutuhkan ekstra panitia yang banyak, jikalau mereka tidak ada
maka berkuranglah separo dari jumlah panitia yang akhwat.
Kegelisahan
merasuk di hati kami, magrib sudah lewat beberapa menit sebelumnya, tapi bus
ini belum benar juga. Ketakutan akan jadwal yang tidak sesuai sehingga acara
akan mulai begitu malam merasuk di pikiranku. Apakah ini akibat aku kesal
dengan teman-temanku yang begitu telat sehingga kami harus meninggalkannya.
Kupikir ulang, walaupun tadi kami tidak meninggalkan mereka, tetap saja ini bus
akan mogok tengah jalan kalau memang sudah ditakdirkan untuk mogok.
Ngengg....
Aungan
suara bus memecah kesunyian senja kala itu, artinya bus sudah beres dan kami
bisa segera berangkat menuju tempat yang akan menjadi sejarah bagi calon
anggota baru waki. Masih sempat untuk sholat di tempat tujuan karena perjalanan
sudah tidak lama lagi dan masih dalam kategori waktu magrib. Jalan yang
berkelak-kelok semakin membuat gugup, detak jantung berdebar tak seperti
biasanya padahal aku sudah pernah kesini dan acara nya pun sama, yang
membedakannya adalah kini aku dan kawan-kawan yang mempertanggungjawabkan
agenda ini sehingga keberhasilan agenda ini ada di tangan kami yang mengelola.
Ini membuatku gugup karena diawal kami sudah telat walaupun kesalahan bukan
dari kami tapi dari sarana yang ada.
Langit
semakin gelap, suasana hening, kiri kanan rawa yang gelap. Setelah jauh dari jalan
kota memasuki jalan sempit menuju Ponpes, dari kejauhan sudah terlihat area
yang agak terang karena lampu-lampu rumah yang berada disekitar ponpes.
Akhirnya kami sampai dengan selamat tanpa suatu kurang apapun, puji syukur
kupanjatkan selalu untuk Maha Pemberi Keselamatan.
Satu
persatu turun dengan cepat karena takut tertinggal sholat magrib, seperti biasa
aku bagian akhir yang masuk ke dalam Ponpes karena harus mengecek dan
memastikan semua barang ataupun orang di dalam bus. Setelah semuanya telah keluar
dan tak ada satupun barang yang tertinggal, barulah aku masuk kedalam. Sampai
didepan gerbang, aku melihat sesuatu yang mengagetkan sekaligus membuatku
terharu. Ada yang mendekat kearahku.
"Lyn,
nanti adeknya langsung disuruh masuk ketempat penginapan dan mereka sholat
disana atau di aulanya ya!!"
Masih
tertegun, apa ku tak salah lihat, itu tadi yang bicara adalah Dani. Iya, Dani.
Dani adalah salah satu teman yang tadi kami tinggalkan. Masya اَللّهُ. Allahu Akbar
!!! Batinku mengucap tanda syukur dan bahagia haru.
"Dani,
kok kamu la disini, cepat sekali, kok bisa, mana Mona, Ria, dan Sari??"
Sejurus pertanyaan langsung kuajukan sebagai bentuk rasa penasaran yang seolah
ada yang mempermainkan logika ku.
"Iya
dong, nantilah kuceritakan, makanya jangan marah-marah" ia mengeles dan
merasa bangga karena mereka yang tadinya aku marahin dan kami tinggal ternyata
datang lebih dulu dari kami. Kemudian ia berlalu, mengatur dan memerintahkan
adik-adik yang masih mengambil air wudhu, ketika itu aku sedang kedatangan tamu
sehingga kewajiban itu sedang tak bisa kulakukan.
Karena
itu masih terhanyut dengan perasaan sendiri, aku merasa bahagia, mereka tahu
akan kesalahan mereka sehingga berbagai cara mereka tempuh untuk datang kesini.
Terharu sekali, rasanya ingin menangis, mereka sadar akan tugas dan fungsi
sebagai orang yang bertanggung jawab akan agenda ini. Awalnya tadi, aku akan
memarahi mereka ketika mereka sampai disini tapi sekarang kenyataannya
berbalik, aku ingin memeluk mereka satu persatu dan mengatakan maaf dan terima
kasih banyak teman. Aku menyayangi kalian karena اَللّهُ, Tuhan yang Maha Penyayang dan Maha
Pengasih yang memberikan rasa sayang dan kasih pada sesama saudara.
Setelah
di penginapan, aku dekati mereka dengan wajah yang berseri bahagia.
"Mon, kok bisa datang duluan
sih, hehe" terkekeh untuk menutupi rasa maluku.
"Itulah,
jangan marah-marah. Kami tadi naik travel, tapi cuman sampe pamor, terus dari
pamor naek bentor kesini" jelasnya tanpa basa-basi.
Seketinga
mulut ini terbuka terngangah seakan tak percaya, subhanallah, memang naik
travel kecepatannya bisa dua kali lipat dari bus, yang tak bisa dipercaya
adalah naik bentor dari pamor kesini, itu jauh jaraknya dan pastinya budget
yang dikeluarkan cukup mengeringkan kantong karena yang dinaiki adalah bentor
(haha).
Tak
disadari kami pun tertawa riang, entah apa yang ditertawakan. Mungkin karena
sekarang kantong mereka kosong akibat ongkos berkali-kali lipat. Aku sangat
menghargai usaha mereka, tapi itu karena ulah mereka sendiri kalau saja tak
telat mungkin bisa pergi bareng kami dan hanya mengeluarkan ongkos standar.
Tapi, tak jadi masalah yang penting mereka sudah ada disini untuk selanjutnya
kita lihat bagaimana اَللّهُ menjalankan takdirnya.
Pembukaan
ILT yang seperti biasa dibuka oleh ketum, begitu meriahnya, baru ini sejarahnya
aula sebesar itu penuh oleh peserta sehingga separuh panitia tidak masuk dan
duduk di luar. Hairun adalah teman sekelasku, kini ia menjadi pemimpin di
organisasi yang ku naungi saat ini, dulu tak ada selintaspun kalau beliau yang
akan menjadi pemimpin selanjutnya. Mengingat ia yang lebih suka berkecimpung di
bemu dari pada lingkungan dakwah ini, tapi Tuhan berkata lain dan punya rencana
serta skenario yang tak siapapun bisa menebaknya. Menurut pandanganku, saat ini
Hairun adalah pemimpin yang mungkin satu-satunya yang punya kharisma tersendiri
bagi kaum hawa dibandingkan pemimpin organisasi lainnya yang ada di Fisip.
Tidak menutupi kenyataan bahwa sebagian besar calon anggota waki yang akhwat
terpesona dengan pesona Hairun dan bisa jadi menjadi alasan terbesar motivasi
mengikuti waki. Astagfirullah. Ini yang buat geleng-geleng kepala serta geli
kalau lihat Hairun yang sekarang sudah menjadi Top model di waki (haha).-_-
Rutinitas
seperti biasa layaknya sedang dauroh (pelatihan), bangun pagi untuk sholat
tahajud, kemudian almatsurat bersama, lalu perkenalan antara panitia dan
peserta sebelum akhirnya sholat subuh berjamaah. Setelah selesai, kami beri
mereka kesempatan untuk membersihkan diri mereka masing-masing sampai pukul
06.00.
Suasana
pesantren yang begitu damai di pagi hari, semuanya hilir mudik melakukan
aktivitas mereka sebagai santri. Sinar cahaya mulai menyinari kawasan pesantren
sehingga aku bisa melihat dengan jelas bagaimana keadaan sekitar yang semalam
tak bisa terlalu melihat karena gelapnya malam. Banyak yang berubah disini, ada
bangunan baru seperti aula yang sekarang kami tempati yang satu tahun lalu
belum ada. Tata letak kolam dan segala pemandangannya jauh lebih baik dan indah
dipandang daripada sebelumnya. Tepat didepan aula ada dua kolam yang terpisah
yang dipisahkan oleh jalan setapak, sayangnya tidak ada teratai yang tumbuh dan
berbunga seperti tahun kemarin kami disini.
Hari
kedua berjalan dengan lancar, peserta sepertinya puas akan materi dan pembicara
yang kami persembahkan untuk mereka. Dilihat dari antusias mereka bertanya dan
serius dalam memperhatikan pembicara.
Menjelang
malam kedua atau
malam terakhir dan bisa jadi malam yang menegangkan bagi para
peserta. Karena manajemen konflik dilakukan pada malam ini. Manajemen konflik
adalah suatu rekayasa keadaan dimana ingin menge-tes kemampuan mereka dalam
menyelesaikan masalah serta mengendalikan emosi yang tercipta. Kalau mengingat
malam ini, aku jadi malu sendiri (haha).
Sudah
hampir tengah malam, suasana semakin menjadi tegang karena pembahasan tata
tertib yang tak menemukan titik kesudahan ditambah ada masalah salah satu
peserta ikhwan yang kehilangan hp (rekayasa). Disini mulai bermain, para aktor
yang biasa berakting mulai beraksi jjiaahh, termasuk aku ikut terlibat disitu.
Melihat keadaan waktu itu, komdis yang begitu lemot dan kurang tegas dalam
menyikapi keadaan yang mulai memanas. Seketika saja ini mulut langsung
teriak-teriak sambil ini tangan nunjuk komdis yang di depan, menuntut
ketegasan komdis,
karena
malampun makin larut persoalan belum menemukan titik cerah. Suara melengking
bak klakson sampai sakit tenggorokan, kaki pun jadi lemas, semua orang yang ada
di dalam aula seketika diam dan suasana menjadi sunyi, padahal ini cuman
rekayasa saja tapi seolah-olah beneran. Betapa orang melihatku dengan wajah
ketakutan dan ngeri, ada yang menangis, ada yang kesal dan marah, tapi ada juga
yang melihat dengan kagum karena posisinya aku membela peserta dan menyalahkan
komdis. Suasana jadi dingin setelah kejadian itu, kemudian komdis tiba-tiba
minta maaf dengan gaya seperti ngelawak, spontan yang mendengarkan pun ikut geli
dan tertawa padahal tadi dimarahin habis-habisan tapi dibalas dengan lelucon.
Itu bocah belum berpengalaman akting kali ya, jadi kesal sendiri aku melihat
tingkah komdis di depan, mereka jadi kikuk, mungkin menganggap aku marah
beneran padahal ikut alur rekayasa. Hadeeh-_-"
Tiba-tiba
ketum maju ke depan, bak seorang pahlawan ‘kemaleman’
yang
menengahi sebuah persoalan. Ketika itulah semuanya dibongkar bahwa apa yang
kami lakukan adalah sebuah rekayasa manajemen konflik termasuk hp yang hilang
tadi, sampai-sampai ingin dilaporkan ke polisi. Semuanya ricuh, suara-suara
berontak tak terima karena
dipermainkan
menggelegar serta suara tangis menjadi tawa, semuanya bertepuk tangan. Malam
ini diakhiri dengan bahagia dan sedikit dongkol dari para peserta yang dari
pagi sudah sengaja dimarahin sampai malam.
Semuanya
tidur dengan lelap karena memang sudah tengah malam dan mereka akan dibangunkan
lagi dua jam kemudian. Tapi tidak dengan panitia, beberapa panitia memang sudah
ada yang tidur dan sebagian lain menyiapkan acara jurid nanti, akibat aksi ku
di aula tadi,
aku jadi bahan tertawaan bagi mereka, apalagi dek eni yang mengejek suara
lengking ku tadi. Aku pun jadi malu, ini pipi rasanya seperti di panggang,
kalau lagi marah ini suara bisa jadi halus dan melengking menusuk telinga, memang
seperti itu mau diapakan lagi. Kalau diingat, itu tindakan spontanitas, aku
malu bukan main, ini bukan aku, aku biasanya tak bisa berkutik kalau sudah jadi
tontonan tapi kali ini malah semakin membuatku beraksi.
Ya
ampun, bila dipikir-pikir sudah banyak perubahan di dalam diri ini. Karena
lingkungan dan tuntutanlah yang bisa merubah sikap seseorang. Perubahan yang
harus aku jalani demi kemajuan gerak dakwah ini. Walau berbeda dari kebanyakan
akhwat biasanya yang lembut tutur katanya, yang gemulai tindakannya
dibandingkan aku. Ya اَللّهُ, kalau bicara seperti marah, kalau bertindak seperti laki-laki
geraknya brutal dan cepat. Padahal bicaranya biasa saja tak ada maksud ingin
marah atau apa, tapi yang mendengarkan berbeda persepsi. Mungkin aku harus
privat gaya bicara agar impianku tercapai sebagai wanita pejabat, yang kalau
bicara halus tapi menekan, nah sebenarnya itu yang kulakukan tapi mereka belum
menerima akan sikapku yang seperti itu. “Enjoy”, lirihku untuk
menyemangati diri sendiri, selagi masih muda dan single, apapun bisa dilakukan
sebagai pelajaran dan pengalamanan yang berharga.
Mengendap-endap
layaknya seorang pencuri, menyelinap masuk ke dalam aula dimana semua peserta
tidur di dalam
sana. Mereka akan dibangunkan satu persatu dan sebelum mereka membuka mata,
mata mereka harus sudah ditutupi slayer yang mereka kumpulkan tadi siang.
Panitia kesulitan karena peserta akhwat sangat banyak dibandingkan panitia,
untuk membangunkan mereka secara diam-diam, memerlukan waktu yang cukup lama.
Pukul 02.00 dini hari, waktu yang memang agak dicepatkan karena mengingat
jumlah peserta yang banyak.
Hening
malam, langit cerah bertabur bintang, dingin malam serta suara-suara malam yang
khas menjadi latar jurid malam ini, semuanya dikumpulkan secara terpisah satu
persatu dengan mata tertutup di halaman dekat kolam, jarak antar peserta kurang
lebih dua meter. Sehingga halaman itu dipenuhi oleh manusia-manusia setengah
sadar. Panitia yang jahil mulai beraksi, tidak seperti tahun kemarin kali ini
mereka cukup kuat mental menahan rasa takut yang menyelinap di hati. Ini
mengingatku pada tahun ILT
2013 lalu,
dimana dek vina menangis sejadi-jadinya dan ketakutan akibat ulahku,
benar-benar di luar dugaan, aku hanya menakuti seperti yang lain, tapi memang
sih ada kejahilan yang seakan-akan itu beneran, sehingga dek vina meronta-ronta
memegang tanganku dengan kuatnya. Alhasil aku jadi kesalahan panitia lainnya, karena sudah
mempermainkan anak orang diluar batas.
Kali
ini, mereka semua
tak ada yang seperti dek vina dan memang aku lagi malas beraksi.
Tapi mereka semua menangis sejadi-jadinya ketika muhasabah yang dipandu oleh
dek tara, ku sudah menduganya bahwa dek tara akan berhasil melakukannya dan
ternyata memang benar. Semuanya terharu dan mungkin merasa bersalah akan
perbuatan mereka selama ini. Ku lihat bukan saja peserta yang menangis tapi
beberapa panitia yang lembut hatinya juga ikut menangis. Setelah muhasabah
selesai dan di akhiri dengan setiap peserta menuliskan wasiat terakhir mereka
untuk kedua orang tua masing-masing. Pukul 04.00, masih sempat untuk qiyamul
lail, sehingga sebagian mereka mengambil wudhu di depan gerbang, sambil lalu
mereka mengumpulkan slayer yang dikumpulkan kepadaku, semuanya basah oleh air
mata atau bisa jadi air yang keluar dari hidung (Hihi). Ketika sibuk
mengumpulkan slayer, terlihat ikhwan baru bersiap untuk melakukan jurid malam,
ya ampun sepertinya mereka kesiangan, kami sudah selesai, mereka baru mau
beraksi. Atau memang sengaja dilakukan jam segitu. Wallahu alam.
Suara
ayam terdengar keras di alun-alun ponpes, celah-celah sinar mulai mengintip di
kegelapan. Santri dan santriwati mulai beraktivitas, serta orang-orang
rehabilitasi yang tepat disamping penginapan akhwat. Mereka pun
berbondong-bondong melakukan aktivitas masing-masing. Sekilas terlihat menyeramkan
tapi mereka adalah orang-orang yang ingin hijrah dari kehidupan masa lalu
mereka. Semoga mereka melihat titik terang itu dan dapat menjalankan kehidupan
normal seperti sedia kala.
Hari
terakhir disini, semua terlihat bahagia karena hari ini kami akan
bersenang-senang. Outbond dan bermain games air. Sudah beberapa tahun ILT tidak
main air untuk yang akhwat, maksudnya masuk kedalam kolam lumpur langsung. Kali
ini kami akan mewujudkannya. Kami punya sebuah nama untuk pengurus angkatan
2012 yaitu Gelas KECE "Generasi 2012 Keren dan Cendekia" mungkin terlihat
agak angkuh, tapi sepertinya itu nyata dan kami akan melakukan
yang sesuai dengan nama kami itu. Salah satunya, di angkatan inilah jumlah
peserta terbanyak dan kali ini kami menciptakan outbond terseru akhwat.
Tak
ada kata yang bisa mengungkapkan kebahagian, sesuatu yang berat bisa
diselesaikan secara bersama-sama dengan modal kepercayaan, kekompakan, dan
saling pengertian. Bergerak bersama, saling bahu membahu, saling menguatkan
satu sama lain. Semuanya itu karena ikatan ukhuwah, ukhuwah yang sudah masuk ke
aliran darah ini. Semuanya saudara tanpa melihat status dan hubungan. Aku ingin
hubungan kita dapat membawa berkah hingga pertemuan di akhirat. Tak ada yang
lebih membuat tentram selain kebersamaan ini. Meski kita akan berpencar
kembali, meniti jalan masing-masing, ku ingin kalian mengingat kebersamaan kita
sebagai memori yang tak terlupakan.

No comments:
Post a Comment