Bagian 1 : Salah Menafsir Cinta
Pada bagian ini ada beberapa sub bagian yaitu
- Dandang Gula Sidoasih
- Terjebak Cinta Eksklusif
- Nafas Panjang dan Jalan Perjuangan
- Cinta Jiwa dan Cinta Misi
- Cinta Sekufu
- Moderat
- Balada Nikah Muda
Pada kesempatan kali ini, mimin akan sedikit mengulas sub bagian Cinta Sekufu, ada banyak hal yang mungkin kita ketahui dan pelajari khususnya para jomblofisabilillah yang sedang dalam pencarian maupun penantian... 😂 cekidott
CINTA SEKUFU
Bermula dari seorang dosen yang menyampaikan urgensi mencari indukan berkualitas dalam budidaya ikan, Jika dipilih induk jantan dan induk betina yang berkualitas akan menghasilkan benih yang berkualitas pula. Kemudian sang dosen memberikan stattment "Jika untuk indukan budidaya ikan saja kita harus mencari yang terbaik apalagi dalam mencari pasangan? (Betullll?)
Istilah bibit, bebet dan bobot adalah salah satu falsafah Jawa, yang bagi anak milineal istilah tersebut sudah kuno, kolot dan mengekang. Apakah benar begitu?
Ternyata jika didalami lagi falsafah pemilihan jodoh berdasarkan bibit, bebet dan bobot maka dapat ditemukan jawaban dari pertanyaan retoris dari stattment sang dosen di atas.
Ya, calon suami atau istri terbaik haruslah di seleksi ketat karena mereka akan menjadi calon ayah atau ibu dari anak-anak kita kelak. Apalagi bagi para aktivis yang mengemban visi perjuangan, usia biologis yang singkat seharusnya menjadi alasan kuat untuk mentransfer visi kepada para penerus perjuangan, baik kader biologis maupun kader ideologis.
- Bibit
Dalam filsafat jawa artinya nasab atau garis keturunan, dari mana calon suami atau istrimu berasal. Ada yang menyatakan bahwa orang besar akan melahirkan orang besar, ibaratnya raja akan melahirkan raja. Pernyataan ini emang tidak sepenuhnya benar, tapi sejarah menunjukkan betapa banyaknya orang besar yang juga melahirkan orang besar.
Ulama Besar Indonesia, KH Hasyim Asy'ari pendiri Nahdlatul Ulama, perjuangannya diteruskan oleh puteranya, Wahid Hasyim yang menjabat sebegai menteri agama, kemudian dilanjutkan lagi oleh Gus Dur yang bahkan menjadi presiden.
Jikalau orang tidak percaya bahwa garis keturunan dapat menurunkan kualitas yang sejenis, maka percayalah bahwa budaya dalam sebuah keluarga akan mencetak orang-orang yang setipe. Jadi, jika anda menikah dengan seorang yang berasal dari garis keturunan tokoh besar, maka anak anda akan berkesempatan mendapat pendidikan karakter ala keluarga seorang tokoh besar.
- Bebet
Istilah ini berasal dari kata bebedan yang artinya cara berpakaian. Sangat wajar jika orang dinilai pertama kali dari apa yang tampak. Karena cara orang berpakaian seringkali merupakan gambaran apa yang ada dalam dirinya, meskipun tidak selalu seperti itu. Ibaratnya Don't judge book by it's cover, ya jangan menilai buku dari sampulnya.
Orang yang berpenampilan syari belum tentu hatinya baik,tapi dari tampilannya orang akan memberi penilaian khusus bahwa dia religius. Begitu pula jika ada lelaki yang berambut gondrong, celana sobek-sobek, sepintas orang akan menilai bawa dia urakan. padahal boleh jadi dia seorang aktivis dakwah yang berjiwa nyeni.
Seorang senior yang diamanahi menjadi Kajur salah satu jurusan di Fisip Unair pernah bercerita. Seringkali beliau diminta untuk mencarikan jodoh seorang dosen perempuan yang belum kunjung menikah padahal usianya sudah berumur. Dia menjawab dengan kelakar, "Hijabnya dulu dong mbak, teman-teman saya kan banyak orang sholih, repot juga saya nyari kalau mbak belum pakai hijab." Sepintas cerita di atas hanya seperti kelakar saja, tapi terkandung makna yang dalam. Seperti yang termaktub dalam Al-Quran QS. An-Nur ayat 26 yang berbunyi "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki
yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita
yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik
adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu
bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi
mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga)"
- Bobot
Artinya kualitas diri baik lahir maupun batin. Sehingga setelah dari asal-usul dan tampilan luar yang dianggap baik, sang calon ini harus dipastikan kualitasnya.
Bagi orang Jawa, ada 4 kriteria untuk menilai bobot seseorang yaitu :
- Jangkep ing wangi, maksudnya adalah kesempurnaan fisik. Hal ini harus clear di awal agar tidak menjadi masalah di kemudian hari. Sehingga bisa saja mengakibatkan perceraian.
- Rahayu ing makna, bahasa kekiniannya inner beauty, meliputi kebaikan hati dan ketaatan dalam beragama. Menurut Anis Matta, yang kita lakukan saat tua bersama pasangan nanti hanyalah saling berbicara. Maka jika pasangan kita tidak baik hati, tidak menyenangkan, tidak baik akhlaknya, maka bisa dibayangkan betapa beratnya hari tua.
- Ngertos unggah-ungguh atau memahami adat istiadat. Sebuah pernikahan, sejatinya bukan hanya menyatukan dua anak manusia, tapi juga menyatukan kedua keluarga besar. Salah satu cara memunculkan keharmonisan adalah saling mengenal dan memahami adat istiadat.
- Wasis atau ulet. Hal ini penting untuk memastikan bahwa calon pendamping akan serius membina keluarga, akan serius mencari nafkah, akan serius memperjuangkan visi dan cita-citanya. Apalagi jika yang didambakan adalah sebuah keluarga pergerakan. Sifat ulet adalah sebuah keniscayaan.
Senada dengan apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW..
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Wanita umumnya dinikahi karena 4 hal: hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Karena itu, pilihlah yang memiliki agama, kalian akan beruntung.
Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak pernikahan yang kandas karena ketidaksetaraan status sosial ekonomi antara pengantin pria dan wanita. Jika pernikahan saja bisa kandas karena masalah ketimpangan harta, apalagi semangat dalam pergerakan?
Seorang aktivis bisa menghilang dari gelanggang hanya karena sibuk bekerja membanting tulang agar bisa mencukupi gaya hidup istrinya yang biasa hidup dalam keluarga berada, sehingga tidak ada lagi waktu untuk melakukan pergerakan.
Seringkali manusia memiliki obsesi untuk mendapatkan yang terbaik, termasuk pasangan hidup. Namun seperti kata ahli perang Sun-Tzu, "Kenali dirimu", kita harus mengenali diri sendiri. Siapa kita, dari mana berasal, bagaimana kualitas diri, sehingga bisa mengukur pasangan yang sekufu dengan kita. Tidak semua yang terbaik itu baik untuk kita, kadangkala justru yang baik saja (bukan terbaik) itulah yang terbaik untuk kita.
Sumber :
A.S, Gandring. 2018. Mengapa Aktivis menghilang setelah menikah?. Surabaya : Pustaka Saga
Nb. Mau buku ini? bisa kalian cek di ig @pustakadarussalam atau ig @pustakasaga
Nb. Mau buku ini? bisa kalian cek di ig @pustakadarussalam atau ig @pustakasaga

No comments:
Post a Comment