Friday, December 19, 2014

Si gadis kutu buku pingitan


Seorang gadis yang melalui hidupnya tak pernah lepas dari jangkauan orang tuanya, yang bermain tak pernah jauh dari rumahnya, yang tak pernah lepas dari gelar sang juara kelas sejak sekolah tingkat SD sampai SMA, bahkan dibangku kuliah alhamdulilah mendapat nilai yang baik meski tidak bisa diukur seperti jaman sekolah karena ini dunia kampus yang tak ada lagi perbedaan dalam tingkatan peringkat kelas.

Kesehariannya tak ubahnya seperti anak-anak gadis yang lain, ketika SD masih bisa bermain dengan teman-teman meski harus melewati beberapa tahap yang harus dilakukan sebagai syarat bisa bermain diluar rumah bersama teman, yang dimulai dari pergi kesekolah rutinitas kebanyakan anak lainnya, kemudian membantu ibu membersihkan rumah, dan jika pulang sekolahnya siang lalu pulangnya harus menidurkan adiknya terlebih dahulu, jika pulangnya pagi harus memasak untuk makan siang dan jika pulangnya sore harus mencuci piring ataupun baju kotor yang menumpuk, halitu harus dilakukan terlebih dahulu sebelum si gadis pergi bermain dengan teman-temannya, jikalau tidak dilakukan atau sifat manusiawi berupa malas dan lupa menyerang maka tak ada jatah main dengan teman atau dimarahi terlebih dahulu baru bisa main tapi kebanyakan yang terjadi jika sudah kena marah tak berani lagi untuk keluar rumah karena kemarahan ibu ayah bisa berkepanjangan sampai esok harinya alhasil besoknya tak dapat uang jajan atau didiamkan dan tidak dihiraukan sampai kemarahan itu hilang.

Pada malam harinya, si gadis membantu ibu menyiapkan makan malam, setelah itu mengerjakan tugas sekolah jikalau pun tak ada meski ada pemberesan buku sesuai jadwal esok, maka selepas itu baru bisa nonton ataupun mengerjakan hal lainnya. Tapi ketika ada ujian sekolah, maka tak ada jadwal nonton malam, yang ada hanya belajar dan berkutat dengan buku-buku pelajaran esok, kebiasaan si gadis dalam belajar ketika menjelang ujian adalah belajar jauh-jauh hari sebelum ujian datang biasanya seminggu sebelum ujian, ketika hari H si gadis hanya mengulang apa yang dipelajari dan dihafalnya, karena itu lebih mudah dan cepat diingat.

Si gadis unggul dalam pelajaran matematika, sejak tingkat SD guru-guru mengenal murid yang satu ini dengan keunggulannya dalam matematika atau sering disebut masternya matematika, hal ini pun berlanjut sampai si murid menginjak ke bangku SMA. Dalam hal ini, ia bisa mempelajari rumus dengan cepat, dari rumus dasar sampai rumus yang dikombinasikan, bahkan bisa ingat dengan cepat rumus yang rumit dan jalan penyelesaiannya.

Walau si gadis pintar dibidang ini, bukan berarti yang lainnya ia tinggal, bahkan dalam pelajaran Ips seperti sosiologi dan sejarah ia juga mendapatkan nilai yang sangat baik, karena kelihaiannya dalam menghafal. Dikenal dengan jagonya matematika, tapi ia tak pernah mengikupti olimpiade matematika atau sejenisnya, dikarenakan si gadis kurang mendapatkan info-info mengenai hal itu, bahkan dari sang guru yang tidak mengikutsertakan si gadis karena walau si gadis pintar dalam hal ini ternyata ada yang lebih pintar lagi.

Tapi tuhan tahu yang terbaik, Ia memberi kesempatan pada si gadis untuk mengetahui sampai dimana ia mampu bertahan. Waktu itu kelas 11, si gadis mengikuti eskul kimia disekolahnya, karena ia juga ahli dibidang ini, tak diragukan setiap kali ulangan harian mendapat tak jarang dengan angka sempurna, lalu pada kesempatan itu si gadis diajak gurunya untuk mengikuti olimpiade kimia, setiap sabtu sore ia belajar dengan kelompok olimpiadenya, disinilah ia berjuang namun tuhan menunjukan bahwa si gadis belum cukup mampu untuk melakukan itu, dan dengan nilai yang sempurna yang sering ia dapatkan di kelaspun tak bisa membuatnya memenangkan olimpiade itu, disitu ia menyadari bahwa langit masih ada langit di atasnya, tak cukup dengan ilmu didapat dikelas, ia harus banyak membaca lebih dan lebih lagi buku-buku yang berasal dari luar, semuanya pupus dan si gadispun mengibaratkan dirinya bagaikan katak dalam tempurung, yaa itulah kondisinya waktu itu, bahkan ia malu untuk bertemu bahkan menegur sang guru yang selama ini membanggakannya..

Bukan saja dalam pelajaran bagai katak dalam tempurung tapi dalam pergaulannya pun bisa dibilang begitu, bagaimana tidak ia sangat jarang untuk bermain seperti remaja-remaja lainnya yang kian kemari memperluas mencari teman bahkan pasangan sementaranya *pacar.

Sebegitunya si gadis menjadi pingitan, yang jarang keluar rumah kalau tidak ada urusan yang menyangkut sekolah, tapi lumayan berkembang semenjak si gadis menduduki bangku putih abu-abu. Dimana sekolahnya mengharuskan ia pulang jam lima sore, waktu itu sekolahnya yang luar biasa menjadi salah satu sekolah rintisan bertaraf internasional tepat pada angkatan si gadis masuk ke sekolah tersebut tahun 2009, jadi angkatan inilah yang pertama merasakan bagaimana sistem belajar yang bertaraf internasional tapi setelah angkatan pertama itu lulus ada wacana yang mengatakan tidak ada lagi RSBI karena pemerintah menghapus taraf itu sehingga di indonesia tidak ada lagi sekolah bertaraf internasional agar tidak terjadi perbedaan yang begitu mencolok antara siswa yang berasal dari keluarga kaya dan miskin.

Sehingga begitu padatnya jadwal sekolah, kemudian tugas-tugas yang diberikan seakan-akan bertubi alhasil dalam sehari dihabiskan disekolah dan berkutat dengan pelajaran sekolah. Hari libur hanya ada pada hari minggu, jika siswa-siswa yang lain biasanya memanfaatkan waktu ini sebagai waktu pelampiasan untuk bermain sejadi-jadinya dengan teman-teman. Meski awalnya tak tertarik, tapi berkat teman si gadis yang suka dipanggil tembem inilah yang mulai agak merubah kebiasaan si gadis yang pingitan.

Iya,, si gadis mulai merasakan perubahan pada dirinya sejak ia bersahabat dengan sitembem dibangku kelas 11 Ipa 2. Mereka duduk sebangku karena memang sudah kenal sejak smp tapi hanya sekedar saling tahu saja dan tak pernah satu kelas dan sekarang mereka dipertemukan dalam satu kelas yang sama sehingga dari inilah awal persahabatan mereka dimulai. Sepertinya tuhan meridhoi hubungan mereka hingga naik kekelas 12 ternyata mereka tetap berada dikelas yang sama, dan seperti prangko dimana ada si gadis disitu juga ada si tembem, bahkan mereka dibilang sikembar karena perawakan mereka yang mirip, dalam peringkatpun begitu si gadis peringkat pertama dan si tembem diperingkat keduanya begitu terus sampai akhir kelulusan.

Melalui si tembem, si gadis mulai mengenal dunia luar, dunia dimana seusianya mengetahuinya, disini ia mulai berani untuk menginap dirumah teman bukan untuk sekedar bermain tapi terpaksa oleh kondisi juga karena banyaknya tugas individu maupun kelompok yang harus segera diselesaikan dalam waktu singkat. Dengan waktu yang sedikit dikarenakan pulang sekolah yang sangat sore sehingga waktu malam itulah yang harus dimanfaatkan.

Pada kondisi ini juga, untuk pertama kalinya ada teman-teman laki-laki yang main kerumah bukan karena tujuan yang biasa orang-orang sebut *ngapel tapi mereka datang untuk belajar bersama. Bersama sitembem juga, si gadis mulai berkembang dalam bergaul dengan teman laki-laki, menjalin hubungan persahabatan layaknya sahabat perempuan, bercanda suka duka semuanya itu baru bisa kurasakan di bangku putih abu-abu ini bahkan agak terlambat karena saat itu sudah kelas akhir. 

Iya, si gadis tak punya teman dekat laki-laki layaknya teman perempuan, karena si gadis menganggap teman laki-laki itu hanya buat susah, pikirannya hanya bermain saja serta membuang waktu, karena dari SD sampai SMP tak ada laki-laki yang meraih prestasi yang sama atau setidaknya diatas si gadis sehingga dalam pandangannya, laki-laki itu pintar membual saja tapi isi otaknya kosong.

Tapi pandangan itu berangsur menghilang, karena ia menemukan laki-laki yang cerdas di bangku putih abu-abu ini, bahkan bersaing sengit dengan si gadis, inilah yang membuat si gadis mulai mempercayai bahwa ternyata ada juga laki-laki yang pintar setidaknya dalam sekolahnya.

Waktu terus bergulir bagaikan bola salju. Hingga si gadis tak mengingat lagi bahwa dirinya sudah menjadi gadis yang populer, tak lagi si kutu buku. Walau gelar itu tak lagi terdengar tapi ia masih bisa mempertahankan prestasinya, dan si gadis pingitanpun tak menjadi bahasan lagi karena ia sudah berani keluar, ke dunia yang sebenarnya, dunia yang penuh lika liku, suka duka yang jauh dari bantuan orang tua yang mengajarkan arti kehidupan sesungguhnya, arti tanggung jawab kepada dirinya maupun pada orang-orang sekitarnya.

Si gadis mulai membuka hati untuk kepada siapa saja ia berteman, tanpa melihat apa yang ia bisa berikan tapi sebatas manakah ia mampu mengendalikan ego dan keangkuhannya untuk menerima orang lain disisinya.

Selamat tinggal si gadis kutu buku pingitan, kau akan selalu dalam ingatan, terukir jelas dalam kenangan..

Selamat datang si gadis yang baru, yang baru memulai kehidupan nyatanya, tanjakan masih sangat jauh, kau akan merasakan letihnya berjalan, berlari bahkan merangkak untuk mencapai titik tertinggi itu. Tapi tenanglah, selama tuhan masih meridhoi, keluarga dan teman-teman yang berada disampingmu yang selalu menjadi pemicu Semangatt dikala kau terjatuh..

2 comments:

  1. mantap ukh. kira2 nm gadis itu skrg apa ya ? :)

    ReplyDelete
  2. Hehe,, itu yg jadi nama jalan menuju kesuksesan ukh... ;)

    ReplyDelete