Pawai atau biasa masyarakat sebut dengan karnaval di Kota Prabumulih yang dilaksanakan hari Sabtu, 19 Oktober 2019 kemarin sangat meriah dan disambut antusias masyarakat dari kalangan bawah sampai masyarakat tingkat atas. Para peserta pawai dimulai dari siswa SMP sampai tingkat Umum dan masyarakat. Start dimulai dari lapangan Ria Jaya Pertamina, yang sudah dipadati sejak jam setengah 6 pagi serta garis finish berada di jalan simpang tiga menuju GOR Prabu Jaya. Dengan adanya kegiatan yang mengikutsertakan semua kalangan masyarakat, banyak pihak yang diuntungkan, terutama para pedagang kaki lima atau pedagang dadakan yang melihat peluang untuk berdagang pernak-pernik mulai dari aneka kuliner jajanan sampai barang mainan anak-anak. Aneka kuliner dijual dengan harga biasa murah meriah namun tak terjamin baik dari segi kesehatan dan pengelolaannya, karena lokasi yang berada di sisi jalan yang dipadati masyarakat yang hulu-hilir yang memungkinkan debu bertebaran dimana-mana. Sedangkan pedagang yang menjual aneka mainan anak-anak yang sangat bisa mengambil peluang untuk menaikkan harga tinggi dibanding harga jual pasaran, karena objek penjualan anak-anak yang mana orang tua harus membelikannya daripada sang anak membuat malu di tengah keramaian.
Agenda besar yang diadakan rutin setiap tahunnya ini mengambil moment HUT Dirgahayu Kota Prabumulih yang jatuh pada tanggal 17 Oktober, tahun ini merayakan hari jadi yang ke-18 tahun. Kota yang beranjak dewasa, namun esensi dari kegiatan ini setiap tahunnya dipandang tidak ada perubahan, yang awalnya ingin melestarikan budaya Indonesia Bhinneka Tunggal Ika mempertunjukkan pakaian adat dari 34 provinsi yang ada di Indonesia, serta Impian masa depan baik dari sisi macam-macam pekerjaan maupun macam-macam komunitas yang ada di sekolah.
Namun sepanjang tahun pawai diadakan esensi dari budaya itu semakin tahun semakin menghilang. Sebagian besar sekolah menonjolkan budaya-budaya yang justru berasal dari luar, pakaian-pakaian modern yang sudah dicampurbaurkan dengan budaya luar. Dandanan yang terlalu glamor menampakkan keindahan fana, yang seakan-akan pawai ini hanya pertunjukkan siapa yang lebih cantik dan megah busananya. Masyarakat awam mungkin tidak tahu esensi dari tujuan diadakannya pawai, yang mereka tahu kesenangan, kumpul bersama teman-teman, melihat aksi dari aksi kekonyolan yang tidak patut untuk dilakukan anak sekolah seperti laki-laki berlenggak-lenggok melebihi sisi wanita, ataupun wanita memperlihatkan gaya kelelakiannya. Ada juga aksi mayoret seksi, rok di atas paha, baju ketat sedada, menari-nari memperlihatkan indah tubuhnya. Semua hal itu sudah melewati batasan-batasan budaya Indonesia.
Ulang Tahun Kota Prabumulih yang diperingati dengan diadakannya karnaval, justru tidak tampak isi dan esensi hubunganya dengan karnaval yang diadakan. Dimanakah tampak pencapaian dan keberhasilan kota Prabumulih setidaknya dalam dunia pendidikan, jika halnya hanya menunjukkan kombinasi budaya. Namun kombinasi budaya yang menonjol justru budaya luar.
Dari sisi ketuhanan, Indonesia merupakan negara muslim terbesar dunia. Berdasarkan data Globalreligiusfuture, penduduk Indonesia yang beragama Islam pada 2010 mencapai 209.12 juta jiwa atau sekita 87% dari total populasi. Kemudia pada 2020, penduduk muslim Indonesia diperkirakan akan mencapai 229,62 juta jiwa.
Sementara negara dengan penduduk muslim terbesar kedua adalah India yakni 176,2 juta jiwa. Negara dengan penduduk muslim terbesar ketiga di dunia adalah Pakistan yakni sebanyak 167,41 juta jiwa.
Kondisi banyaknya masyarakat yang menganut agama Islam di dunia seharusnya tercemin dalam sikap perilaku baik dari sisi pemerintahannya maupun masyarakatnya. Namun lagi-lagi kita kehilangan esensi dari agama itu sendiri. Contoh yang paling real yang dapat kita lihat adalah pertunjukkan pawai di Kota Prabumulih beberapa hari lalu. Suatu bentuk penyembahan kewajiban bagi umat muslim yang pertama adalah sholat fardhu 5 waktu, namun adakah jeda dalam pertujukkan pawai untuk memberikan waktu sholat? adakah waktu istirahat bagi para juri dan pejabat untuk menunaikan sholat? Waktu dzuhur mungkin bisa dimanfaatkan sekalian waktu makan siang, bisa jadi para pejabat sholat. Namun bagaimana para peserta? Waktu ashar tidak ada jeda istirahat sama sekali. Apalagi pawai berakhir pada malam hari sekitar pukul 20.00 wib. Akankah waktu magrib ada jedanya? jawabannya tidak. Pawai tetap berjalan serta para juri tetap menilai. Lalu dimana esensi nilai ketuhanan pada Pancasila sila pertama. Dimanakah bentuk wujud dari Indonesia negara terbesar muslimnya di dunia?
Lalu apa yang dapat kita ambil dari agenda besar yang dilakukan pemerintah ini, justru hanya menghasilkan kesenangan sesaat serta pengakuan ketenaran. Wajar saja jika ada sebagian masyarakat menyatakan bosan melihat itu itu saja, tidak ada perubahan konsep pawai di setiap tahunnya. Para pemuda harapan bangsa bagaikan badut bertopeng menampakkan pakaian luar namun isi serta jiwa pemuda di dalamnya kosong.
...
1. Analisislah teks di atas termasuk jenis teks apa beserta alasannya? (Teks hasil laporan observasi, Teks Eksposisi, Teks Anekdot)
2. Jelaskan struktur teks di atas!
3. Evaluasilah teks di atas dari sisi kaidah kebahasaannya dan struktur teks!
Tugas Rabu, 23 Oktober 2019 Pukul 13.00-15.00 Wib.
Tulis dibuku tulis dan dikumpulkan secara kolektif dengan ketua kelas serta letakkan di atas meja guru. Terima Kasih





No comments:
Post a Comment