Saturday, March 28, 2020

Bintangku Kejora


Fajar, bukan sebuah nama namun suatu waktu dimana kamu bisa melihat bintang yang konon katanya bintang yang paling terang. Kejora namanya. Bintang Kejora sudah menjadi idolaku disetiap menjelang matahari bersinar di ufuk timur. 
"Ma..." brukkkk
Suara teriakan itu terjeda dan berganti dengan suara isakan tangis mulai terdengar.
"Kejora... kamu kenapa nak? 
Oh, tidak saking keasikan menyaksikan bintang fajar. Aku lupa pada bintangku yang asli. 
Dari pintu depan, berlari kecil berharap bisa cepat menjumpai anakku. Nyatanya sama saja seperti berjalan biasa, sapu yang dipegang pun sudah tak tahu rimbanya. 
Sampailah di sudut ruang keluarga, Kejora duduk memegang lutut, yang sepertinya sudah berdarah.
"Oh tidak, anak mama kenapa? Kok, bisa sampai berdarah? Ayo sini duduk di kursi!
Aku langsung saja bergerak ke kamar, untuk mengambil kotak P3K yang memang selalu stand by di rumah. Punya anak tiga, benda tersebut sangat berarti apalagi dengan anak yang berumur masih kanak-kanak semua. Anak pertamaku Johan usianya sekarang masuk 7 tahun, Alex hanya beda dua tahun dan Kejora putri bungsuku satu tahun dibawah Abang Alex. Ya, ini adalah keberkahan yang Allah kasih kepada keluargaku, punya anak yang umurnya sangat berdekatan. Dan aku juga tidak mau menjadi hamba yang kufur nikmat karena sudah diberi rezeki berupa anak yang tak disangka-sangka. Apalagi diluar sana, banyak sosok ibu yang sedang harap menanti seorang anak dalam biduk rumah tangga.
Perban sudah terbalut dengan rapi, meski suara isakan kecil masih terdengar. Putriku ini, mudah sekali mengeluarkan air mata. Apalagi jika sudah begini, tangisannya bisa membuat matanya sangat bengkak.
"Cup..cup..cup bintangnya mama. Lukanya sudah aman nih. Ayok, jadwalnya kita olahraga pagi. Mama panggil kakak Johan dan Abang Alex ya. Kejora, pakai sepatu yang sudah mama siapin di teras depan. Pagi ini Kejora ikut jalan aja ya, biar lukanya aman."
Panjang penjelasanku itu, hanya dibalas anggukan kecil. Lalu Ia pun jalan seperti kaki yang patah. Lucu sekali bintangku ini, gadis kecilku yang dingin seperti papanya. 
Masuk ke kamar anak bujangku, ternyata mereka sudah siap. Tinggal menunggu Abang Alex yang masih menata gaya di depan cermin. Anakku yang satu ini, sangat perfeksionis kalau berhubungan dengan gaya. Sedangkan anak sulungku, yang selalu ceria namun semenjak terkena ISPA setahun yang lalu, keceriannya sedikit menurun beberapa persen, karena tubuhnya sedikit menjadi lemah terutama kalau terkena udara yang kotor dan berpolusi. Untungnya, ada Stimuno yang selalu stand by mendampingi anakku. Sehingga, kalau kakak Johan demam karena ISPAnya kambuh. Aku hanya perlu kasih dia Stimuno. Besok pagi pasti ceria kembali, karena stimuno juga berperan sebagai penjaga imunitas anak sejak itu aku nggak pernah takut lagi, kalu tiba-tiba anakku demam.

Cuaca pagi ini sunggu cerah, wajah ketiga anakkupun terpancar kebahagiaan. Rutinitas setiap minggu, setelah jogging memutari komplek. Waktunya kami sargi di depan warung Atok, warung yang berada tepat di depan komplek kami.
Mulailah Abang Alex, meradukan mangkuk dan sendoknya, aku tahu maksudnya itu. Dan benar saja, dia mulai berteriak seperti anak yang nggak dikasih makan berhari-hari.
"Yummi... ma, aku mau nambah satu mangkuk lagi" wajah polosnya membuatku tidak percaya bahwa nafsu makan anak ini sangat besar.
"Atok, satu porsi lagi buryamnya ya, banyakin bawang gorengnya tok"
"Yeaayy, kenapa buryam Atok makin enak ya ma"
Sambil nyengir kuda khas Alex.
"Huuhu, emang abangnya yang rakus kok, tuh liat perut aja sudah buncit"
kakak Johan mulai menjahili si abang, dan emang abang punya badan paling gede diantara mereka bertiga. Kegaduhan mereka berlanjut sampai rumah. Sungguh menyenangkan, apalagi kalo ada papanya anak-anak mereka akan lebih gaduh lagi sampai-sampai rebutan minta di gendong belakang.

Senja mulai menyapa akhir minggu ini, dan sayangku juga belum menelpon. Iya, papanya anak-anak sedang dinas luar selama seminggu. Merawat ketiga anak yang sedang aktif-aktifnya, sungguh tak bisa aku ungkapkan, untung saja ada mbok iyem yang membantu membereskan rumah.
Waktunya menemani anak-anak mandi sore, inilah waktu yang sangat dinantikan. Mereka yang sudah wangi dan rapi berstelkan baju tidur yang lucu-lucu. Tinggal, gadisku yang belum kelihatan dari tadi. 
"Kejoraaa... bintangku.. ayo mandi nak..."
Tidak ada sahutan, kupikir ia didapur. Ternyata tidak ada, hanya ada mbk iyem dan Abang yang sedang menanti susu sorenya.
"Apa masih tidur ya? Tumben, biasanya jam 4 udah bangun." Bisikku dalam hati, kemana ini anak. Ada yang nggk beres nih.
Kubuka pintu kamarnya, dan benar saja anak itu masih meringkuk di kasur empuknya dengan selimut tebal sampai leher.
"Kejora,, nak bangun waktunya mandi nak.."
Tidak ada sahutan, kudekati kasurnya. Saat ku buka selimutnya, tak sengaja menyentuh wajahnya.
"Oh, tidak. Panas sekali kamu nak, kamu demam sayang.."
Aku bermonolog sendiri, sedangkan kejora meram melek seperti tidak ada lagi daya.
Sepertinya, lutut yang terluka pagi tadi makin bengkak dan itulah yang menyebabkan suhu tubuhnya menaik.
Segera saja aku ambil air minum untukknya serta kotak PTK. Kuganti lagi perban yang dilututmya untuk ketiga kalinya hari ini. Aku sudah mulai terbiasa dengan kondisi anak-anak yang tiba- tiba demam, karena biasanya mereka kelelahan bermain atau terjatuh seperti yang kejora alami hari ini. 
Tak lupa berdoa sebelum stimuno ini kuberikan pada kejora, stimuno andalanku sehingga aku tak panik lagi menghadapi demamnya anak-anak apalagi kalau suami lagi tidak dirumah biasanya menambah kesedihan. Untung ada stimuno, obat herbal dengan teknologi modern. Bisa mengatasi ISPA, TBC, Cacar Air dan Demam pada anak dan aman digunaka untuk jangka waktu yang panjang bisa sampai 8 minggu.

Malam ini, jadwalnya tidur dengan gadis kecilku. Biasanya kalau sehat, kejora nggak mau lagi tidur sama mamanya, maunya sama boneka pandanya yang gede melebihi badannya. Kali ini pandanya berubah jadi mama.
Kupegang dahinya, panasnya mulai menurun. Kulihat tidurnya pun sepertinya nyenyak sekali.

"Alhamdulillah, sarapan sudah siap. Nasgor ala-ala mama dengan campuran suir ayam dan telor ceplok di atasnya."
Aku pun tak kuasa, bicara dengan nada yang agak melengking saking senangnya melihat hasil karyaku sendiri. Karena biasanya mbok iyem yang membuat sargi. Kali ini aku membuat sendiri, spesial untuk anak-anakku yang sehat terutama gadis kecilku Kejora, yang shubuh tadi mendadak riang, mandi sendiri dan ikut sholat shubuh. Suhu tubuhnya sudah normal, dengan kuasa Allah Kejora sembuh padahal baru kemarin sore demam tingginya. 
Hari ini, Kejora mau ikut mengantar kakak dan abang sekolah. Tahun depan kejora sudah bisa menyusul abangnya ke PGTK IT terdekat.
Aku berdoa, semoga anak-anakku menjadi tentara-tentara Allah didunia dan akhirat yang sehat jasmani dan rohani.



#Stimuno #PenjagaImun #GakTakuSakit #MamaXStimuno

No comments:

Post a Comment